Bisnis.com, JAKARTA — PT Toba Bara Sejahtra Tbk. mempertimbangkan emisi global bond atau obligasi global sebagai salah satu sumber pendanaan alternatif perseroan.
Direktur Toba Bara Sjahtra Pandu Sjahrir mengatakan instrumen obligasi global bond merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan perseroan. Dengan size perseroan saat ini, produsen batu bara itu dapat mengincar dana sekitar US$200 juta hingga US$300 juta.
“[US$200 juta—US$300 juta] seharusnya segitu, perusahaan kami ada di size di mana global bond merupakan alternatif bagi perseroan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Emiten berkode saham TOBA itu juga berencana melakukan rights issue dengan jumlah sebanyak-banyaknya 470 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp200. Izin aksi korporasi tersebut juga telah dikantongi dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang berlangsung, Rabu (12/5/2019).
Sebelum melakukan rights issue, Pandu mengatakan akan lebih dahulu mengeksekusi pemecahan nilai nominal saham atau stock split. Aksi korporasi itu rencananya akan dimulai pada akhir Mei 2019.
Berdasarkan prospektus yang disampaikan perseroan sebelumnya, apabila rights issue dieksekusi setelah stock split, maka diterbitkan sebanyak-banyaknya 1,88 miliar lembar dengan nilai Rp50.
Baca Juga
Dia belum membeberkan berapa dana yang diincar dari rights issue. Akan tetapi, alokasi dana salah satunya untuk mendanai rencana akuisisi pertambangan atau pembangkit listrik.
Sebagai catatan, perseroan telah merampungkan akuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) pada akhir 2018. BHP merupakan pemegang saham 5% PT Paiton Energy yang mengoperasikan tiga pembangkit listrik berkapasitas total 2.045 megawatt (MW) dengan teknologi supercritical boiler.