Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perundingan AS-China Buntu, Harga Minyak Masih Lesu

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terpantau masih tertekan di zona merah pada perdagangan pagi ini, Senin (13/5/2019), di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi global akibat konflik perdagangan Amerika Serikat-China.
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terpantau masih tertekan di zona merah pada perdagangan pagi ini, Senin (13/5/2019), di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi global akibat konflik perdagangan Amerika Serikat-China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2019 berada di level US$61,66 per barel pada pukul 08.47 WIB, setelah berakhir turun 0,04 poin atau 0,06 persen pada perdagangan Jumat (10/5).

Namun, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli 2019 pagi ini mampu memperpanjang penguatannya sebesar 0,19 poin atau 0,27 persen ke level US$70,81 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Perundingan dagang antara pemerintah AS dan China pada akhir pekan lalu dikabarkan menghadapi kebuntuan tanpa kesepakatan.

Pemerintah AS menuntut adanya janji perubahan yang konkret terhadap undang-undang China, sedangkan pihak Beijing menyatakan tidak akan mau menelan "buah pahit" yang merugikan kepentingannya.

"China tidak akan kehilangan kehormatan negara itu dan tidak seorang pun akan mengharapkan China menelan buah pahit yang membahayakan kepentingan pokok negaranya,” tulis sebuah komentar yang diterbitkan harian milik partai berkuasa, People's Daily seperti dikutip Reuters.

Disebutkan bahwa pintu Beijing selalu terbuka untuk pembicaraan tetapi tidak akan membahas isu-isu penting yang strategis.

Konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia ini semakin panas pada Jumat (10/5), setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menaikkan tarif menjadi 25 persen dari 10 persen pada barang-barang asal China senilai US$200 miliar.

Langkah ini dilancarkan setelah Trump mengatakan pemerintah China telah "melanggar kesepakatan" dengan mengingkari komitmen yang diupayakan selama berbulan-bulan negosiasi sebelumnya.

Kondisi tersebut serta merta menggoyang pasar keuangan dan komoditas dunia. Menurut data Badan Energi Internasional (IEA), Amerika Serikat dan China bersama-sama menyumbang 34 persen dari konsumsi minyak global pada kuartal pertama 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper