Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan logam PT Central Omega Resources Tbk. (DFKT) menyiapkan belanja modal US$500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS) untuk mengembangkan smelter nikel.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Senin (6/5/2019), manajemen DKFT menuliskan, perusahaan telah membangun smelter guna mematuhi PP No. 1/2014 dan Peraturan Menteri No. 1/2014.
Pembangunan smelter dengan total kapasitas 300.000 ton Ferro Nickel (FeNi) per tahun yang semula direncanakan dalam tiga tahap dipersingkat menjadi dua tahap.
Tahap pertama di tahun 2017 dengan kapasitas 100.000 ton FeNi per tahun menggunakan teknologi Blast Furnace. Adapun, tahap kedua mulai tahun 2020 dengan kapasitas 200.000 ton FeNi per tahun menggunakan teknologi Electric Furnace.
Pembangunan smelter tahap pertama yang dilaksanakan oleh PT COR Industri Indonesia, entitas anak, bekerjasama dengan PT Macrolink Nickel Development. Sampai dengan 31 Desember 2018, smelter telah berproduksi dan produknya telah dipasarkan secara ekspor.
Selain itu, manajemen juga berencana bekerjasama dengan PT Macrolink Nickel Development untuk membangun Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas sebesar 20.000 ton nikel per tahun atau setara dengan 200.000 FeNi per tahun).
“Total investasi smelter diperkirakan sebesar US$500 juta,” paparnya.
Pada tanggal 15 Februari 2019, berdasarkan persetujuan No. 03.PE-08.19.0005 dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, PT Mulia Pacific Resources (MPR), entitas anak, memperoleh persetujuan ekspor bijih nikel dengan kadar <1,7% (kurang dari satu koma tujuh persen) sebanyak 700.000 ton untuk periode sampai 29 Oktober 2019.
Dari sisi keuangan, pendapatan perseroan per Maret 2019 senilai Rp298,06 miliar. Perusahaan kembali membukukan pendapatan setelah saldo penjualan nihil pada kuartal I/2018.
“Penjualan feronikel dan bijih nikel seluruhnya dalam bentuk ekspor,” papar manajemen.
Ekspor kepada pembeli pihak ketiga ialah China National Materials Industry Import dan Export Corporation senilai Rp175,88 miliar. Selanjutnya, Five Star General Resources Co., Ltd. Seluruh penjualan dalam mata uang dolar AS.
Beban pokok mencapai Rp215,8 miliar, sehingga laba kotor sejumlah Rp82,26 miliar. DKFT pun membukukan laba bersih Rp27,66 miliar, berbalik dari rugi bersih sebelumnya sebesar Rp16 miliar.