Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai SBN ritel, termasuk Sukuk Tabungan Seri ST-004 masih menarik untuk dikoleksi, didorong oleh sejumlah faktor.
Analis Fixed Income, Anup Kumar mengatakan selama kuartal II/2019, nantinya, potensi masyarakat untuk berinvestasi SBN ritel masih cukup baik dengan adanya katalis masa pembayaran dividen. Selain itu, adanya pembagian THR pada Mei ini serta adanya early redemption dari seri sebelumnya SBR003.
“Prospek untuk ST-004 tetap menarik. Tren dari sejak awal tahun bahwa penerbitan SUN ritel pada kisaran Rp2 triliun saja dapat kita katakan normal dan baik karena penerbitan SUN ritel selalu di atas Rp2 triliun sejak awal tahun,” jelasnya Minggu (5/5/2019).
Selain itu, kata dia, besaran kupon ST-004 sebesar 7,95% per tahun masih cukup menarik. Kondisi itu jika membandingkan dengan imbal hasil dari obligasi SUN konvensional dengan tenor yang sama juga berada pada kisaran 6,85%. Langkah yang dilakukan DJPPR cukup baik untuk mendorong kebijakan inklusi finansial, sehingga spread ST-004 dan SUN 2 tahun mencapai 110 bps .
Menurut Anup, dengan tren penurunan kupon yang diberikan, investor ritel diharapkan menambah kepemilikan obligasi ritel mereka baik yang bisa diperdagangkan maupun yang tidak bisa diperdagangkan. Anup juga menekankan, tahun ini, dengan kebijakan pemerintah menerbitkan SUN ritel sebanyak 10 kali di Indonesia juga bisa memberikan ruang bagi investor ritel untuk terbiasa dengan pembelian SUN ritel.
“Saran kami, bila pemerintah melalui DJPPR berani adalah menerbitkan SUN ritel dengan tenor 5 tahun dan tradable pada semester II/2019 atau menerbitkan zero coupon SUN ritel dengan tenor 1 tahun - 3 tahun,”tekannya.
Baca Juga
Sementara itu, Ramdhan Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia mengatakan tingkat kupon ST-004 masih lebih baik dibandingkan dengan produk perbankan seperti deposito.
Berdasarkan Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia,tingkat suku bunga deposito bank saat ini secara rata-rata ada pada kisaran6 % untuk satu bulan. Kemudian, 6,2 % untuk 3 bulan, dan 6,1 % untuk 6 bulan. Sementara itu, untuk yang 1 tahun sebesar 6%.
Selain itu dari sisi perlakuan pajak juga lebih rendah yakni sebesar 15% dibandingkan dengan perbankan sebesar 20%.
Dengan kondisi itu dia memperkirakan setidaknya pemerintah masih bisa menyerap target indikatif senilai Rp2 triliun, utamanya akan menarik sebagian deposan atau penabung di bank. Ramdhan menyebut memang ada kemungkinan masyarakat menjadi jenuh dengan frekuensi penerbitan yang lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi hal itu tidak lepas dari tujuan pemerintah untuk mendalami pasar ritel.