Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Minyak Saudi Diperkirakan Meningkat pada Juni 2019

Produksi minyak Arab Saudi diperkirakan naik pada Juni mendatang. Namun, tambahan minyak mentah itu untuk keperluan pembangkit listrik domestik, bukan ekspor.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi minyak Arab Saudi diperkirakan naik pada Juni mendatang. Namun, tambahan minyak mentah itu untuk keperluan pembangkit listrik domestik, bukan ekspor.

Seorang sumber yang mengetahui kebijakan kerajaan Saudi itu mengatakan hal tersebut pada Jumat (5/3/2019) seperti dikutip dari Reuters. Meskipun demikian, sumber itu mengatakan bahwa kenaikan produksi minyak Saudi masih sejalan dengan kuota yang disepakati antara Organisasi Negara-negara  Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dengan para sekutunya. Kelompok tersebut dikenal dengan nama OPEC+.

Sejumlah sumber di industri perminyakan menyebut produksi dari negara eksportir utama ini pada Mei diperkirakan mencapai 10 juta barel per hari, sedikit lebih tinggi dari produksi April. Namun, masih di bawah kuota yang disepakati oleh OPEC, 10,3 juta barel per hari.

Riyadh sering meningkatkan produksi di bulan-bulan musim panas untuk kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik berbahan bakar minyak, seiring dengan meningkatnya permintaan listrik di negara tersebut.

Salah seorang sumber mengatakan bahwa kenaikan produksi Mei tersebut tidak terkait dengan dorongan Amerika Serikat yang meminta Saudi untuk mengisi kekosongan minyak Iran.

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump meminta Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak. Namun, Trump tidak mengungkapkan dengan siapa dia berbicara.

Harga minyak naik level tertinggi dalam 6 bulan terakhir, yaitu US$75 per barel pada pekan lalu. Hal itu karena kekhawatiran pasar tentang jatuhnya pasokan minyak Iran.

“Saudi ingin harga minyak tetap pada level saat ini, setidaknya untuk 1 atau 2 bulan mendatang. Mereka tidak ingin meningkatkan produksi di atas 10,3 juta barel per hari, karena mereka adalah bagian dari pakta OPEC +,” kata salah satu sumber.

Saudi menginginkan harga minyak di level US$70 per barel pada tahun ini, karena negara itu berupaya meningkatkan perekonomian, membiayaI reformasi ekonomi, dan mendanai perang 4 tahun di Yaman.

Sumber lain mengatakan bahwa kerajaan Saudi tak ingin meningkatkan produksi di atas 10,3 juta barel per hari sampai pakta pemangkasan global oleh OPEC berakhir apda Juni mendatang.

“Tetapi sekarang tidak jelas apa permintaan dari pelanggan minyak. Selain Iran, ada juga beberapa kekhawatiran serius tentang situasi di Venezuela dan Libya,” katanya.

Dalam perkembangan lain, hingga pukul 14.22 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate melemah tipis 0,06% atau 0,05 poin ke level US$61,76 per barel. Sementara, harga minyak Brent merosot 0,33% atau 0,23 poin ke level US$70,52 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper