Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen The Fed Dorong Penguatan Rupiah

Rupiah berhasil ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (2/5/2019) didorong oleh sentimen keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya.
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah berhasil ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (2/5/2019) didorong oleh sentimen keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (2/5/2019), rupiah ditutup pada level Rp14.252 per dolar AS, menguat tipis 0,035% atau 5 poin. Rupiah berhasil ditutup menguat melawan dolar AS setelah ditutup melemah secara 7 hari berturut-turut. 

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa langkah The Fed mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada level 2,25% hingga 2,5% seperti yang diekspetasikan pasar justru menjadi katalis negatif untuk rupiah sehingga pergerakannya cenderung terbatas.

"Hal tersebut dikarenakan, Gubernur The Fed Jerome Powell dan koleganya dalam FOMC Meeting ternyata mengeluarkan pernyataan yang jauh dari kata kalem alias dovish," ujar Ibrahim kepada Bisnis.com, Kamis (2/5/2019).

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan beberapa mata uang mayor lainnya bergerak melemah 0,12% menjadi 97,564.

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa kebijakannya saat ini masih layak untuk dipertahankan. Pihaknya tidak melihat tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya.

Sebelumnya, kuatnya laju perekonomian AS sudah terbaca dari angka pertumbuhan ekonominya. Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal I/ 2019 belum lama ini diumumkan sebesar 3,2% secara kuartalan (qoq). Angka tersebut jauh di atas konsensus pasar dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%.

Dalam pidato, Jerome Powell mengatakan bahwa pihaknya meminta data pasar tenaga kerja yang kuat dan data ekonomi dalam negeri yang tumbuh solid untuk tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan The Fed di masa mendatang.

"Padahal, di tengah risiko perang dagang AS-China dan AS-Uni Eropa yang masih menyelimuti pasar, nada-nada dovish dari The Fed menjadi sesuatu yang sangat dinantikan pelaku pasar," tambah Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper