Bisnis.com, JAKARTA — Produk biopharma menjadi penopang terhadap pendapatan perseroan hingga 81% pada kuartal I/2019, setelah perseroan melepas divisi consumer health pada akhir tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2019 unaudited, emiten dengan kode saham MERK ini mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp163,16 miliar, naik 15,41% secara tahunan. Namun, beban pokok penjualan naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan.
Perseroan mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp107,29 miliar, naik 27,03% secara tahunan. Dengan demikian, laba yang dikantongi turun sebesar 77,86% secara tahunan menjadi Rp11,56 miliar.
Direktur Keuangan Merck Bambang Nurcahyo menjelaskan bahwa laba yang tertekan pada tiga bulan pertama ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, perseroan melakukan produk mix pada kuartal I/2019 yang berbeda dibandingkan dengan kuartal I/2018.
Kedua, laba yang tertekan berasal dari biaya-biaya yang dikeluarkan lebih cepat sebagai persiapan Ramadan yang jatuh pada kuartal II/2019. Ketiga, harga pokok penjualan perseroan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Cost of good sold kami memang agak sedikit meningkat pada kuartal pertama tahun ini," katanya dalam public expose pada Kamis (2/5/2019)
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan, perseroan memperkuat divisi biopharma, divisi bahan baku obat, dan divisi plant, untuk mendorong pendapatan perseroan. Terutama produk biopharma, kata dia, bakal menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan perusahaan.
Baca Juga
Dia meyakini penjualan produk biopharma bakal tumbuh jauh di atas pasar. Meski demikian, dia tidak menyebutkan target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di tahun ini.
Adapun, belanja modal yang dialokasikan tahun ini sekitar Rp10 miliar-Rp15 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp70 miliar. Hal ini karena proyek renovasi pabrik tahap IV di Pabrik Pasar Rebo telah selesai akhir 2018.
"Berdasarkan pengalaman yang ada biopharma secara konsisten mencetak pertumbuhan di atas pasar. Demikian pula, dari sisi produksi kami ada rencana penambahan pasar ekspor," katanya.
Direktur Merck Arryo Aritrixso W mengatakan, perseroan telah menyelesaikan proyek renovasi fase IV di Pabrik Pasar Rebo pada akhir 2018. Dengan demikian, kapasitas produksi yang semula 660 juta tablet dan kapsul per tahun menjadi 1,6 miliar tablet dan kapsul per tahun.
Sejalan dengan peningkatan kapasitas, perseroan bakal menambah pasar baru dengan membidik pasar Asia Pasifik, tidak termasuk China, Jepang, dan India. "Tahap pertama untuk [ekspor] produk diabetes," katanya.
Direktur Biopharma Evie Yulin mengatakan, penjualan produk bioharma fokus pada pasar Jaminan Kesehatan Nasional dan swasta dengan komposisi masing-masing berkontribusi 20% dan 80%. Di pasar JKN, perseroan akan melakukan penetrasi lebih luas ke area pinggiran.