Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Asia Libur May Day, Emas Tertekan

Pada peringatan Hari Buruh, emas mengalami tekanan di tengah menguatnya pasar ekuitas AS
Emas./Reuters
Emas./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Emas tertekan akibat menguatnya pasar ekuitas AS di tengah libur Hari Buruh di sebagian besar pasar Asia, menjelang keputusan Federal Reserve terkait dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga.
 
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (1/5/2019) pukul 13.37 WIB, harga emas di bursa Comex bergerak melemah 0,42 persen menjadi US$1.280,3 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak menurun 0,35 persen menjadi US$1.279,09 per troy ounce.
 
Kepala Strategi Pasar CMC Markets Michael McCarthy mengatakan di tengah situasi pasar ekuitas yang lebih kuat dan data ekonomi berbagai negara menunjukkan pemulihan, pasar menilai tidak ada kebutuhan untuk melakukan lindung nilai aset dengan aset investasi aman.
 
"Namun, melemahnya dolar AS dari level tertingginya baru-baru ini selama sesi terakhir telah mendukung emas sehingga membantunya untuk tidak melemah lebih jauh," ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (1/5).
 
Pasar saham global mendapatkan momentum untuk membalikkan keadaan yang suram seiring dengan persetujuan Presiden AS Donald Trump atas anggaran infrastruktur senilai US$2 triliun, yang memberikan sinyal ekonomi yang lebih sehat. Investor juga mendapatkan dorongan untuk berinvestasi aset berisiko dari sinyal hubungan yang lebih baik antara AS dan China.
 
Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney mengatakan sengketa dagang kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut kemungkinan akan selesai dalam 2 pekan ke depan.
 
Sementara itu, zona Eropa melaporkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat daripada perkiraan pasar pada kuartal I/2019 sehingga menghilangkan pesimisme atas pergerakan euro.
 
Di sisi lain, pada perdagangan Rabu (1/5), sebagian besar pasar keuangan Asia tutup seiring dengan libur memeringati May Day atau Hari Buruh. Selain itu, sebagian besar pelaku pasar juga menanti hasil dari Federal Open Market Committee (FOMC) yang kemungkinan akan menentukan jalur suku bunga pada masa depan, setidaknya untuk tahun ini.
 
Michael menuturkan terdapat beberapa spekulasi bahwa kuatnya PDB dan data ketenagakerjaan AS baru-baru ini mungkin mengindikasikan sikap The Fed yang lebih hawkish.
 
"Meski saya berharap The Fed mengakui angka-angka kuat tersebut, saya tidak berpikir mereka akan mengubah sikap mereka sama sekali," tambahnya.
 
Suku bunga memiliki hubungan proporsional dengan dolar AS sehingga menentukan biaya untuk membeli emas. Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan beberapa mata uang utama bergerak menguat 0,05 persen menjadi 97,5320.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper