Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (29/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG naik 0,05 persen atau 3,02 poin ke level 6.404,10 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat (26/4), IHSG mampu mengakhiri pergerakannya di zona hijau dengan penguatan 0,44 persen atau 28,29 poin di level 6.401,08.
Indeks sempat tergelincir dari penguatannya dengan dibuka melemah 0,20 persen atau 12,70 poin di level 6.388,38 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.376,70 – 6.409,13.
Enam dari sembilan sektor menetap di zona hijau, dipimpin sektor pertanian (+0,81 persen) dan tambang (+0,48 persen). Tiga sektor lainnya menetap di zona merah, dipimpin sektor aneka industri yang melemah 0,96 persen.
Sebanyak 202 saham menguat, 155 saham melemah, dan 275 saham stagnan dari 632 saham yang diperdagangkan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing naik 2,97 persen dan 0,62 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG siang ini.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah menguat 16 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.183 per dolar AS, setelah berakhir terdepresiasi 13 poin di posisi 14.199 pada Jumat (26/4).
Indeks saham lainnya di kawasan Asia bergerak variatif siang ini. Di antara yang bergerak positif adalah indeks Hang Seng Hong Kong (+0,88 persen), indeks CSI 300 China (+0,84 persen), dan indeks Kospi Korea Selatan (+1,22 persen).
Meski demikian, indeks Shanghai Composite 300 China turun 0,08 persen, indeks FTSE Malay KLCI melemah 0,31 persen, dan indeks SE Thailand turun 0,08 persen.
Pergerakan bursa saham di Asia pada dasarnya ditopang kuatnya data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I/2019 yang mendorong indeks S&P 500 menuju rekor level tertingginya pada perdagangan Jumat (26/4/2019).
Kendati demikian, pasar masih terbebani ketidakpastian seputar prospek ekonomi global. Investor tengah menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pekan ini dan data manufaktur China guna mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan di negara-negara maju.
Pada Jumat (26/4), Produk Domestik Bruto (PDB) AS dilaporkan berekspansi 3,2 persen secara tahunan untuk kuartal I/2019, lebih besar daripada kenaikan sebesar 2,2 persen pada kuartal sebelumnya.
“Investor masih mencari arah dalam hal pertumbuhan, tetapi pada saat yang sama masih ada banyak ketidakpastian soal perdagangan AS dan China,” terang Joanne Goh, pakar strategi ekuitas di DBS Bank di Singapura, seperti dikutip Reuters.