Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) tergelincir dan berakhir terkoreksi pada perdagangan Rabu (24/4/2019), menyusul laporan peningkatan jumlah persediaan minyak mentah di AS.
Penurunan pada perdagangan Rabu sekaligus mematahkan kenaikan selama dua hari yang telah mendorong harga minyak ke level tertingginya sejak Oktober, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump berjanji untuk memperketat sanksi terhadap Iran.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2019 ditutup turun 41 sen di level US$65,89 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI telah melonjak sebesar US$2,30 pada dua sesi perdagangan sebelumnya dan mencapai level penutupan tertingginya sejak 29 Oktober 2018.
Di sisi lain, harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Juni 2019 mampu menambah kenaikan sebesar 6 sen dan berakhir di level US$74,57 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Kontrak Brent diperdagangkan premium sebesar US$8,68 terhadap WTI.
Harga minyak mentah AS tergelincir setelah badan energi AS Energy Information Administration (EIA) melaporkan peningkatan stok minyak sebesar 5,48 juta barel pekan lalu, melampaui perkiraan tertinggi dalam survei Bloomberg. Pasokan minyak AS tumbuh untuk keempat kalinya dalam lima pekan.
“Meski berbahaya jika terlalu mencermati data minggan EIA, laporan itu mungkin menunjukkan bahwa dampaknya tidak akan begitu buruk,” ujar Brian Kessens, Managing Director Tortoise.
“Pasar berusaha menemukan pijakan dan memahami ketidakpastian geopolitik yang meningkat, terutama apa yang akan dilakukan OPEC. Itu akan menjadi pendorong lebih besar pada harga minyak mentah selama beberapa bulan ke depan daripada apa yang kita lihat pada data mingguan,” lanjutnya.
Minyak mentah telah melonjak setelah pemerintah AS menyatakan tidak akan memperbarui keringanan sanksi yang memungkinkan China dan negara lainnya membeli 1,4 juta barel sehari minyak dari Iran.
“Investor sudah mendapatkan sinyal bearish lebih lanjut tentang bagaimana pasar akan bereaksi jika keringanan berakhir pada 2 Mei,” ujar Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih. Khalid berpendapat tidak perlu ada respons segera terkait hal ini.
Peningkatan stok minyak AS sebagian didorong oleh rebound impor. Namun kenaikan ini sedikit terhambat oleh penurunan 10 kali berturut-turut untuk pasokan bensin dan peningkatan aktivitas kilang, yang dapat meningkatkan permintaan minyak ke depannya.
“Perkiraan kenaikan dalam persediaan minyak di AS mengurangi reli yang dialami sebelumnya,” tutur Sungchil Will Yun, seorang analis komoditas di HI Investment & Futures Corp, Seoul.
“Minyak diperkirakan akan tetap stabil sampai kita melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana Saudi dan sekutunya akan meningkatkan output mereka, melangkah lebih jauh dari sekadar memberi sinyal dorongan,” tambah Will Yun.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Juni 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
24/4/2019 | 65,89 | -0,41 poin |
23/4/2019 | 66,30 | +0,75 poin |
22/4/2019 | 65,55 | +1,48 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Juni 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
24/4/2019 | 74,57 | +0,06 poin |
23/4/2019 | 74,51 | +0,47 poin |
22/4/2019 | 74,04 | +2,07 poin |
Sumber: Bloomberg