Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai level penutupan tertingginya dalam sekitar enam bulan pada perdagangan Selasa (23/4/2019), setelah Arab Saudi dikatakan belum pasti soal peningkatan output demi mengimbangi dampak sanksi pemerintah AS terhadap Iran.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2019 ditutup menguat 75 sen di level US$66,30 per barel di New York Mercantile Exchange, level penutupan tertingginya sejak akhir Oktober 2018.
Adapun harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Juni 2019 berakhir naik 47 sen di level US$74,51 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Kontrak Brent diperdagangkan premium sebesar US$8,22 terhadap WTI.
Minyak mentah berjangka Brent menguat sehari setelah AS berjanji untuk mendorong ekspor minyak Iran menjadi "nol".
Pemerintah AS menyatakan tidak akan memperpanjang keringanan sanksi bagi Iran. Keringanan ini sebelumnya telah memungkinkan China, India, dan beberapa negara lain untuk terus membeli minyak sebesar 1,4 juta barel per hari dari Iran.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Arab Saudi diinformasikan menahan setiap perubahan pasokan yang signifikan hingga melihat penurunan aktual dalam produksi minyak Iran.
Menurut sumber terkait, Saudi dan Uni Emirat Arab dapat meningkatkan produksi minyak gabungan sebesar sekitar 1,5 juta barel per hari dalam jangka waktu pendek. Namun, analis melihat Saudi cenderung akan berhati-hati untuk meningkatkan produksinya.
Meski Saudi berjanji untuk membantu menjaga agar pasar global tetap dipasok secara memadai, sentimen sanksi Iran muncul saat langkah pembatasan produksi oleh OPEC dan gejolak di Venezuela dan Libya sudah memperketat pasokan.
“Sudah jelas bahwa Trump sangat serius tentang penegakan sanksi,” ujar Tyler Richey, co-editor di Sevens Report Research, Florida.
“Pertanyaannya adalah berapa banyak ekspor mereka [Iran] akan turun dan seberapa cepat Arab Saudi dan produsen lainnya dapat meningkatkan?” tambah Richey.
Pemerintah Iran sendiri dikabarkan siap untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons atas sanksi dari AS. Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh menyatakan tekanan Amerika terhadap ekspor Iran tidak akan berhasil dilakukan.
“Kita akan bertindak dengan sepenuh hati untuk mematahkan sanksi AS,” tegas Zanganeh di depan parlemen Iran.
Sementara itu, meski mampu berakhir menguat, harga minyak WTI tergelincir dan turun ke level US$66,17 pada pukul 4.49 sore waktu di New York, setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan melihat peningkatan jumlah cadangan minyak mentah sebesar 6,9 juta barel pekan lalu.
Angka tersebut akan jauh melampaui proyeksi kenaikan sebesar 1 juta barel dalam survei Bloomberg, jika dikonfirmasikan oleh rilis angka resmi pemerintah pada Rabu (24/4).
Pergerakan harga minyak mentah WTI kontrak Juni 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
23/4/2019 | 66,30 | +0,75 poin |
22/4/2019 | 65,55 | +1,48 poin |
18/4/2019 | 64,07 | +0,20 poin |
Pergerakan harga minyak mentah Brent kontrak Juni 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
23/4/2019 | 74,51 | +0,47 poin |
22/4/2019 | 74,04 | +2,07 poin |
18/4/2019 | 71,97 | +0,35 poin |
Sumber: Bloomberg