Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar masih Fluktuatif, Pilihlah Reksa Dana Pendapatan Tetap

Di tengah masih tingginya volatilitas pasar akibat kondisi politik, investor disarankan mulai mengoleksi reksa dana saham secara bertahap untuk investasi jangka panjang karena valuasi yang relatif murah.

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah masih tingginya volatilitas pasar akibat kondisi politik, investor disarankan mulai mengoleksi reksa dana saham secara bertahap untuk investasi jangka panjang karena valuasi yang relatif murah.

Portofolio investasi reksa dana saham diangkat menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Selasa (24/4/2019). Berikut laporannya.

Sementara itu, untuk jangka pendek, reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan investasi yang menarik karena menawarkan potensi imbal hasil tinggi.

Wawan Hendrayana, Kepala Riset Infovesta Utama, menyampaikan bahwa perhelatan pemilihan presiden (pilpres) 2019 yang berjalan aman dan damai menjadi salah satu katalis positif yang menopang kinerja IHSG pada pekan lalu.

Namun, lanjutnya, kondisi pasar masih sangat fluktuatif dalam jangka pendek karena muncul dinamika baru bahwa salah satu pasangan calon tidak menerima hasil hitung cepat sementara yang memenangkan petahana.

“Bahkan, ada rencana untuk menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Karena situasi politik, pasar yang tadinya sudah positif sekarang kembali wait and see. IHSG pun terkoreksi pada awal pekan ini,” ujar Wawan kepada Bisnis, Senin (22/4/2019).

Euforia pasar menyambut hasil hitung cepat sempat membuat reksa dana saham memberikan imbal hasil positif 1,09% secara year-to-date (ytd). Padahal, sebelumnya kinerja reksa dana ini—yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index—tercatat -0,47%.

Sementara itu, indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index memberikan imbal hasil 3,53% secara ytd serta menjadi menjadi satu-satunya yang berkinerja lebih baik dibandingkan dengan indeks acuannya sebesar 2,73%.

Adapun, reksa dana campuran memberikan imbal hasil 3,81% sepanjang tahun berjalan 2019, atau merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan dua jenis reksa dana lainnya. (Lihat grafis)

HASIL PILPRES

Wawan menganjurkan investor untuk mengoleksi reksa dana pendapatan tetap terlebih dahulu sembari menunggu kepastian politik mengenai pengumuman hasil Pilpres 2019 dari Komisi Pemilihan Umum dan gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).

Setelah terdapat kepastian pemenang Pilpres resmi, investor pun disarankan masuk ke reksa dana saham. Menurutnya, pergerakan IHSG pada periode Pilpres 2014 mulai meningkat stabil setelah MK mengeluarkan keputusan final atas gugatan yang masuk.

“Kalau suku bunga tidak jadi naik, kami melihat yield reksa dana pendapatan tetap minimal sebesar 8% pada tahun ini. Kalau suku bunga bisa turun, return-nya bisa double digit atau kembali seperti pada 2017,” tuturnya.

Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, menjelaskan bahwa pergerakan IHSG lebih dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga Bank Indonesia. Menurutnya, akan ada penurunan suku bunga pada semester II/2019 sehingga akan mendorong sentimen positif bagi pasar saham.

Faktor politik, lanjutnya, hanya bersifat sementara sehingga untuk saat ini investor dapat memanfaatkan kesempatan mulai mengoleksi reksa dana saham. Panin Asset Management memperkirakan IHSG bergerak di kisaran 7.200—7.400 pada tahun ini.

“Kalau sekarang di posisi 6.400—6.500, silakan masuk ,” imbuh Rudiyanto.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan, penguatan IHSG akan ditopang oleh aliran masuk modal asing pascapilpres. Dia menilai reksa dana saham masih prospektif dalam jangka panjang karena valuasi murah dan kinerja emiten akan terus tumbuh. “Bisa masuk bertahap untuk mendapatkan average cost yang baik.” kata Farash.

Kemarin (22/4), IHSG ditutup anjlok 1,42% ke level 6.414. Namun, sepanjang tahun berjalan 2019, indeks masih tumbuh 3,56%.

William Hartanto, analis Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa koreksi ini disebabkan oleh aksi ambil untung sejumlah investor.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menambahkan, investor tengah mencermati kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan apabila data perekonomian Amerika Serikat membaik signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper