Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mempertahankan reboundnya di zona hijau hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (2/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG naik 0,10% atau 6,56 poin ke level 6.459,17 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (1/4), IHSG berakhir terkoreksi 0,25% atau 16,14 poin di level 6.452,61. Indeks mulai rebound dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,37% atau 24,01 poin di level 6.476,62 pagi tadi.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.456,65 – 6.490,07.
Enam dari sembilan sektor menetap di zona hijau, dipimpin sektor pertanian (+1,21%) dan aneka industri (+0,80%). Tiga sektor lainnya menetap di zona merah, dipimpin sektor tambang yang turun 0,39%.
Sebanyak 185 saham menguat, 167 saham melemah, dan 277 saham stagnan dari 629 saham yang diperdagangkan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing naik 0,80% dan 0,77% menjadi penopang utama pergerakan IHSG siang ini.
Indeks saham lainnya di kawasan Asia mayoritas juga bertahan positif siang ini, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (+0,65%), indeks FTSE Malay KLCI (+0,34%), indeks SE Thailand (+0,45%), dan indeks PSEi Filipina (+0,52%).
Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,17%, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,42%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 0,45% dan 0,09% pada pukul 12.19 WIB.
Bursa saham Asia secara keseluruhan memperpanjang penguatannya setelah data survei aktivitas manufaktur dari China dan Amerika Serikat (AS) yang positif membantu mendorong kepercayaan investor.
Indeks manajer pembelian resmi (PMI) China yang dirilis pada Minggu (30/3) menunjukkan aktivitas pabrik secara tak terduga tumbuh untuk pertama kalinya dalam empat bulan pada Maret.
Sejalan dengan laporan tersebut, sebuah survei bisnis swasta, PMI Caixin/Markit, yang dirilis pada Senin (1/4) juga menunjukkan pertumbuhan sektor manufaktur di negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Dari AS, Indeks Institute for Supply Management naik menjadi 55,3 dari 54,2, didorong naiknya tiga dari lima komponen utama. Rilis data tersebut turut mendorong sejumlah investor untuk mengurangi kepemilikan obligasi mereka sekaligus meredakan kekhawatiran tentang ekonomi global
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun pun mencapai level 2,492%, setelah menyentuh level terendahnya dalam 15 bulan di 2,34% pekan lalu ketika kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global mencengkeram pasar keuangan sekaligus mendorong aksi penghindaran risiko.
“Pasar bereaksi terhadap membaiknya sentimen di China. Banyak investor melakukan pembelian untuk mengantisipasi kenaikan saham,” ujar Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.