Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa harus berakhir di posisi lebih rendah pada perdagangan Kamis (28/3/2019), ketika optimisme seputar progres perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China dibayangi oleh suramnya prospek pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian Brexit.
Berdasarkan data Reuters, indeks saham Stoxx 600 Eropa ditutup turun 0,1%. Indeks DAX Frankfurt berakhir turun 0,08%, sedangkan indeks saham di Madrid dan Milan masing-masing turun lebih dari 0,5%.
Kemunduran semakin intensif setelah data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal keempat. Ini menjadi sentimen negatif terkini dari serangkaian data ekonomi yang buruk dari seluruh dunia.
Di sisi lain, indeks FTSE 100 London mampu membukukan kenaikan sebesar 0,6%, didorong oleh pelemahan nilai tukar pound sterling setelah voting yang digelar pada Rabu (27/3/2019) di Parlemen Inggris soal Brexit berakhir buntu.
Upaya untuk membujuk anggota parlemen mendukung kesepakatan Perdana Menteri Inggris Theresa May berlanjut dengan debat parlemen yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (29/3/2019).
“FTSE naik murni karena pound sterling mengalami hari yang buruk. Namun kemudian, penguatan euro terhadap pound sterling mencegah DAX dan indeks saham lainnya di zona euro mengikuti penguatan yang terlihat di Inggris,” jelas Connor Campbell, seorang analis di Spreadex.
Menurut Campbell, faktor-faktor yang berperan di pasar pada sesi perdagangan Kamis adalah kombinasi indeks mata uang, sedikit harapan perdagangan AS-Tiongkok, dan beberapa data buruk dari AS.
Optimisme perdagangan terdorong setelah Reuters melaporkan bahwa China telah membuat proposal tentang masalah-masalah seperti transfer teknologi secara paksa seiring dengan upayanya untuk mengakhiri perang dagang dengan AS menjelang putaran perundingan berikutnya di Beijing.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow juga mengatakan pemerintah AS dapat mencabut beberapa tarif.
Sementara itu, saham-saham perbankan Eropa membukukan penurunan terbesar pada indeks saham Eropa akibat terus turunnya imbal hasil obligasi, sehingga mempertahankan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Saham bank-bank asal Swedia mengalami penurunan terburuk, karena terbebani kekhawatiran bahwa skandal pencucian uang yang tumbuh cepat berpusat di sekitar Swedbank, pemberi pinjaman terbesar di negara itu, akan menyebar ke bank-bank lain.
Saham Swedbank turun 7,8%, sedangkan saham SEB dan Handelsbanken kehilangan lebih dari 6%. Ketiganya menjadi penekan terbesar pada Stoxx 600.
Namun pelemahan pada Stoxx 600 dapat dibatasi penguatan saham perusahaan layanan kesehatan setelah perusahaan internasional, yang biasanya mendapat keuntungan dari pelemahan pound sterling, seperti raksasa farmasi AstraZeneca dan GlaxoSmithKline masing-masing naik lebih dari 1,5%.