Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah keterpurukan pergerakan dolar AS saat ini, sikap dovish yang dilakukan oleh mayoritas bank sentral di seluruh dunia menjadi angin segar untuk mendongkrak performa.
Sikap dovish yang dilakukan oleh bank-bank sentral di banyak negara bukti bahwa pertumbuhan ekonomi telah melambat di mana-mana, tidak hanya di Amerika Serikat.
Senior Ahli Strategis Mata Uang CBA Joseph Capurso mengatakan bahwa nada yang lebih berhati-hati dari Bank Sentral Amerika Serikat, serta keputusan untuk menurunkan prospek ekonomi AS, cenderung membatasi kemungkinan dolar AS untuk menguat.
Akan tetapi, tren dovish di berbagai negara memberikan sentiment positif terhadap pergerakan dolar AS.
“Pandangan pertumbuhan ekonomi yang sama lemahnya di negara lain, seperti Eropa, China, Australia, dan Jepang, menjadi pertanyaan apakah dolar akan terdepresiasi sampai tingkat yang signifikan,” ujar Joseph seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/3/2019).
Dia mengatakan, sikap dovish bank sentral lain tersebut mencerminkan kebutuhan adanya stimulus yang berarti banyak bank sentral sesungguhnya tidak ingin melihat mata uang mereka terapresiasi terhadap dolar AS.
Baca Juga
Dengan pergerakan mata uang yang tidak terapresiasi secara signifikan terhadap dolar AS, tentu akan memberikan alasan bagi bank sentral negara lain untuk lebih akomodatif. Oleh karena itu, Joseph memprediksi dolar AS tidak akan bergerak lebih dalam dari level saat ini.