Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendekati Level Tertingginya pada Tahun ini

Harga minyak global melayang tepat di bawah harga tertinggi 2019 pada perdagangan Selasa (19/3/2019), didukung oleh pemotongan pasokan yang sedang berlangsung yang dipimpin oleh klub produsen Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global melayang tepat di bawah harga tertinggi 2019 pada perdagangan Selasa (19/3/2019), didukung oleh pemotongan pasokan yang sedang berlangsung yang dipimpin oleh klub produsen Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Sanksi Amerika Serikat terhadap Iran dan Venezuela juga ikut mendorong kenaikan harga minyak, kendati para pialang mengatakan, pasar melihat kenaikan itu dihalangi oleh peningkatan minyak Amerika Serikat.

Hingga pukul 08:37 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate menguat 0,08% atau 0,05 poin pada level US$59,41 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent menguat 0,34% atau 0,22 poin pada level US$67,65 per barel.

Sebelumnya, OPEC telah membatalkan pertemuan yang dijadwalkan pada April nanti. Secara efektif hal itu memperpanjang pemotongan pasokan yang dilakukan sejak Januari hingga setidaknya Juni nanti pada pertemuan berikutnya.

OPEC dan aliansinya termasuk Rusia yang dikenal dengan OPEC+, telah memulai menahan pasokan untuk menghentikan penurunan harga yang tajam pada paruh kedua tahun lalu. Saat itu pasar berada di bawah tekanan akibat melonjaknya produksi serta perlambatan ekonomi.

“Kesepakatan OPEC telah membawa stabilitas untuk harga minyak mentah dan membubuhkan ekstensi kenaikan harga lebih tinggi,” kata Alfonso Esperanza, analis senior pasar di broker OANDA seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/3/2019).

Sementara itu, produksi minyak mentah A.S. telah melonjak lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sejak awal 2018, menjadi sekitar 12 juta bph, menjadikannya sebagai produsen terbesar dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.

Data produksi dan penyimpanan mingguan akan diterbitkan oleh Energy Information Administration (EIA) A.S. pada Rabu nanti.

Di sisi permintaan, ada kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi serta peningkatan efisiensi energi dan munculnya bahan bakar transportasi alternatif akan mengikis konsumsi minyak.

Bank of America Merrill Lynch mengatakan dalam sebuah catatan bahwa risiko ekonomi condong ke sisi negatifnya. “Kami memperkirakan pertumbuhan permintaan global sebesar 1,2 juta bpd tahun-ke-tahun pada 2019 dan 1,15 juta bpd selama 2020."

Bank itu memperkirakan Brent dan WTI rata-rata US$70 per barel dan US$59 per barel pada 2019, dan US$ 65 per barel dan US$60 per barel pada 2020.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper