Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Isyaratkan Komitmen Pangkas Produksi, Harga Minyak AS Reli

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) berakhir naik pada hari keempat berturut-turut, Kamis (14/3/2019), menjelang digelarnya pertemuan sejumlah eksportir top dunia untuk membahas soal langkah pemangkasan suplai.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) berakhir naik pada hari keempat berturut-turut, Kamis (14/3/2019), menjelang digelarnya pertemuan sejumlah eksportir top dunia untuk membahas soal langkah pemangkasan suplai.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2019 ditutup menguat 0,6% atau 35 sen di level US$58,61 per barel di New York Mercantile Exchange.

Namun, minyak Brent untuk pengiriman Mei berakhir turun 32 sen di level US$67,23 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan di premium US$8,32 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Menjelang berlangsungnya pertemuan di Azerbaijan akhir pekan nanti, sekretariat OPEC mendesak para produsen untuk melanjutkan upaya guna mencegah kelebihan suplai minyak tahun ini. Para menteri dari dua pelaku utama kartel minyak ini, Rusia dan Arab Saudi, direncanakan akan mengadakan pertemuan langsung.

“Langkah pemangkasan [produksi] menyoroti betapa seriusnya Kerajaan [Saudi] dalam hal menurunkan pasokan guna menaikkan harga, yang sangat mereka butuhkan,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.

Meski harga AS naik, harga minyak mentah acuan global ditutup 0,5% lebih rendah untuk hari itu. Kabar bahwa pertemuan AS-China untuk menyelesaikan konflik perdagangan dua negara ini mungkin tidak akan terjadi sebelum April membangkitkan kembali gambaran ekonomi yang rapuh.

Hal ini sekaligus membantu mendorong penguatan dolar AS serta menekan harga komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS.

“OPEC juga mengeluarkan perkiraan permintaan yang "sedikit bearish" untuk 2019, sementara Libya terus memulihkan produksi di ladang minyak utamanya,” tutur Michael Lynch, Presiden Strategic Energy and Economic Research di Winchester, Massachusetts.

Kenaikan harga minyak mentah sebesar hampir 30% tahun ini telah didukung oleh perkembangan bullish di sisi pasokan, seiring dengan upaya OPEC dan aliansinya (OPEC+) memangkas produksi dan saat sanksi AS memperketat output dari Iran dan Venezuela.

Namun di sisi lain, produksi minyak shale AS tetap berada di level rekor tertinggi dan membatasi optimisme.

“Risiko pasokan membayangi ketika krisis Venezuela semakin dalam dan pembebasan sanksi Iran segera berakhir,” kata Norbert Ruecker, kepala penelitian makro dan komoditas di Julius Baer Group Ltd. di Zurich.

Dalam laporan bulanan OPEC, sekretariatnya yang berbasis di Wina mendorong para produsen untuk melanjutkan strategi untuk mengurangi produksi.

“Ketika permintaan minyak diperkirakan akan tumbuh dengan laju moderat pada 2019, ini masih jauh di bawah pertumbuhan kuat yang diperkirakan terlihat dalam proyeksi suplai negara non OPEC untuk tahun ini,” jelas sekretariat OPEC.

"Ini menyoroti tanggung jawab bersama yang berkelanjutan dari semua negara produsen yang ambil bagian untuk menghindari bangkitnya ketidakseimbangan serta terus mendukung stabilitas pasar minyak pada 2019,” lanjutnya.

Setelah pertemuan peninjauan pada 17 dan 18 Maret, para menteri OPEC+ akan berkumpul di Wina bulan depan dan pada bulan Juni, guna memutuskan kebijakan produksi untuk paruh kedua tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper