Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Phapros Tbk. agresif mengejar pertumbuhan top line maupun bottom line sebesar dua digit pada 2019, setelah tahun lalu hanya tumbuh satu digit. Sejumlah rencana ekspansi telah disiapkan.
Berdasarkan laporan keuangan 2018 audited yang dirilis pada Selasa (12/3/2019), emiten dengan kode saham PEHA ini, membukukan penjualan bersih naik 2,08% menjadi Rp1,02 triliun. Adapun, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 5,62% menjadi sebesar Rp132,31 miliar.
Dengan demikian, laba per saham yang dibukukan sebesar Rp158. Pada RUPS tahun buku 2018, perseroan memberikan total dividen sebesar Rp92,6 miliar atas 840 juta lembar saham, atau 70% dari laba bersih. Adapun, dividen per saham yang akan diterima sebesar Rp110,26 per saham.
Sementara itu, berdasarkan kinerja 2014-2018, perseroan rutin mencatatkan pertumbuhan top line maupun bottom line sebesar dua digit. Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tertinggi terjadi pada 2017 masing-masing sebesar 22,79% dan 43,98%.
Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, pada tahun ini perseroan fokus memacu pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dua digit. Sejumlah rencana telah disiapkan untuk memacu kinerja seperti meningkatkan bisnis ekspor, inovasi pengembangan produk dalam bentuk carpoule untuk anestesi gigi serta produk anti aging, merilis 12 produk baru, dan memacu bisnis anorganik.
Untuk itu, perseroan berencana melakukan right issue dengan target dana Rp1 triliun pada semester II/2019. Barokah mengatakan, perseroan berencana melepas sebesar 20% dari total saham yang dicatatkan.
"[Hasil right issue] rencananya untuk investasi ke myanmar dan investasi rutin, refinancing, serta kebutuhan modal kerja," katanya pada public expose, Kamis (14/3/2019).
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan, perseroan memasang target pertumbuhan pendapatan sebesar 20%-30% dan laba bersih sebesar 15%-20%.
Jika melihat realisasi 2018, maka pendapatan tahun ini ditarget Rp1,23 triliun - Rp1,33 triliun. Adapun, laba bersih tahun ini ditarget Rp153,29 miliar - Rp159,95 miliar. Optimisme ini didorong langkah PEHA yang telah mengakuisisi PT Lucas Djaja pada tahun lalu.
Adapun, ekspansi anorganik perseroan mencakup rencana akuisisi rumah sakit dan meningkatkan kepemilikan terhadap Rumah Sakit Permata Cirebon yang saat ini masih 20%.
"Rencana [akuisisi rumah sakit] sedang kami kaji di daerah bandung atau mana yang prospek," katanya.
Adapun, rencana perseroan membangun pabrik di Myanmar saat ini masih tahap feasibility study. Sebelumnya, produk multivitamin milik entitas anak yakni Lucas Djaja telah lebih dulu dikenal dan memiliki pasar di negara tersebut.
Heru menambahkan, perseroan juga akan melakukan refinancing terhadap pinjaman yang dimiliki sekitar Rp400 miliar-Rp500 miliar pada tahun ini. Demikian pula, perseroan telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk tetap melakukan right issue pada semester II/2019.
Sebagai informasi, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) sedang menyelesaikan proses akuisisi 56,77% saham Phapros yang dimiliki PT Rajawali Nusantara Indonesia. KAEF berharap proses akuisisi dapat selesai pada Maret 2019.
"Kami telah mendapat persetujuan untuk tetap right issue. Setelah KAEF masuk, tentu akan ada kajian baru terkait pelepasan saham [sebesar 20%]. Target kami adalah Rp1 triliun," imbuhnya