Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Perlambatan Ekonomi China, Logam Industri Masih di Zona Hijau

Harga komoditas logam industri sepanjang tahun berjalan berhasil terus bergerak naik, bahkan ketika sejak awal tahun pasar telah dikhawatirkan oleh perlambatan ekonomi negara konsumen terbesar di dunia, China, yang diprediksi memberikan kontraksi pada jumlah permintaan.

Bisnis.com, JAKARTA — Harga komoditas logam industri sepanjang tahun berjalan berhasil terus bergerak naik, bahkan ketika sejak awal tahun pasar telah dikhawatirkan oleh perlambatan ekonomi negara konsumen terbesar di dunia, China, yang diprediksi memberikan kontraksi pada jumlah permintaan.

Apalagi, ketika China telah memangkas target pertumbuhan ekonominya menjadi 6% hingga 6,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang menargetkan pertumbuhan hingga 6,5%.

Kepala Bagian Riset Investasi Komoditas GM Corporation Jiang Hang mengatakan bahwa di satu sisi angka pertumbuhan yang lebih rendah akan mewakili pertumbuhan terlemah bagi China dalam kurun waktu hampir tiga dekade, tetapi moderasi dalam harapan tersebut dinilai sebagai langkah yang pragmatis.

Dia mengatakan, rentang pertumbuhan baru saat ini jelas akan menjadi berita yang positif bagi pasar.

"Ekonomi China saat ini dalam penurunan, dan jika kami menetapkan target terlalu tinggi, akan ada terlalu banyak tekanan pada pemerintah untuk mengambil stimulus radikal untuk mendukung target tersebut, yang justru diprediksi memiliki efek samping yang berlebihan," ujar Jiang Hang seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/3/2019).

Sepanjang tahun berjalan, semua harga logam industri di London Metal Exchange (LME) berhasil bergerak di zona hijau meski pasar dibayangi proyeksi permintaan yang melambat.

Harga logam menunjukkan kinerja yang cukup baik secara ytd setelah sepanjang tahun lalu, harga logam sangat terpukul sebagai imbas dari panasnya perang dagang antara AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga nikel memimpin penguatan semua logam industri dan telah bergerak 23,99% secara ytd. Lalu, disusul oleh zinc yang menguat 11,51%, timah yang bergerak naik 10,14%, dan tembaga yang menguat 7,44%.

Kemudian, dilanjutkan oleh timbal yang menguat 4,55%, dan posisi terakhir diduduki oleh aluminium yang bergerak menguat 1,57%.

Sementara itu, pemerintah China juga mengeluarkan stimulus untuk membantu mendorong laju pertumbuhan ekonominya, yaitu dengan memangkas pajak hingga mencapai 2 triliun yuan atau senilai US$298 miliar.

China memotong tiga poin persentase untuk kelompok teratas pada pajak pertambahan nilai sebagai langkah untuk membantu sektor manufaktur.

Adapun, penyesuaian target yang lebih rendah dan stimulus tersebut adalah konsekuensi dari konflik perdagangan dengan AS, juga sebagai langkah China untuk membuat kebijakan agar dapat mengekang risiko utang, memerangi polusi, dan mengurangi kemiskinan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper