Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan minyak kelapa sawit berjangka terperosok setelah masalah teknis di CME Group Inc. merembet ke Malaysia, Rabu (27/2/2019). Hal ini menyebabkan pembukaan perdagangan Bursa Derivatif Malaysia terlambat sejam.
Perdagangan di Bursa Malaysia yang menggunakan jasa CME Globex untuk platform perdagangan berjangka akhirnya dibuka pada pukul 11.30 waktu setempat. Minyak sawit berjangka untuk kontrak Mei 2019 mulai diperdagangkan 0,1% lebih tinggi dari sebelumnya yang 0,6%.
“Beruntungnya, belum ada yang menggerakan pasar utama untuk minyak kelapa sawit dan minyak kedelai, atau acara semalam atau pagi ini,” kata Gnanasekar Thiagarajan, kepala perdagangan di Kaleesuwari Intercontinental dari Mumbai, India di pembukaan perdagangan seperti dilansir Bloomberg, Rabu (27/2).
Akibat masalah teknis itu, transaksi pembelian dan penjualan kontrak yang terikat dengan Departemen Keuangan AS, bursa berjangka, dan bursa komoditas menjadi terhambat. Komoditas yang terpengaruh termasuk eurodollar, logam, biji-bijian, minyak mentah, dan gas alam.
Perdagangan tersebut dibuka kembali pada Selasa (26/2) pukul 21.45 waktu AS bagian Tengah, atau sekitar tiga jam setelah perdagangan terhenti.
Agar diketahui, CME Group Inc., merupakan perusahaan pasar keuangan AS yang mengoperasikan opsi dan perdagangan berjangka. Mereka memiliki dan mengoperasikan bursa derivatif dan bursa berjangka di Chicago, New York, dan London.
Hingga Rabu (27/2) pukul 11.04 WIB, harga CPO kontrak Mei 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,32% atau 7 poin ke level 2.176 ringgit per ton. Dengan demikian, harga komoditas andalan Malaysia dan Indonesia ini sudah melemah 7,17% selama 5 hari.