Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA 2018: Laba Astra International (ASII) Naik 15 Persen

PT Astra International Tbk. membukukan pertumbuhan laba sebesar 15% secara tahunan pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Istri pendiri Astra International Ibu Lily Soeryadjaya (kiri) bersama Presiden Direktur PT Astra International Prijono Sugiarto (kanan) berada di depan patung William Soeryadjaya pendiri Astra Internasional saat peresmian Menara Astra di Jakarta, Rabu (20/2/2019)./ANTARA-Hafidz Mubarak A
Istri pendiri Astra International Ibu Lily Soeryadjaya (kiri) bersama Presiden Direktur PT Astra International Prijono Sugiarto (kanan) berada di depan patung William Soeryadjaya pendiri Astra Internasional saat peresmian Menara Astra di Jakarta, Rabu (20/2/2019)./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra International Tbk. membukukan pertumbuhan laba sebesar 15% secara tahunan pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perseroan, emiten berkode saham ASII itu mencatatkan kenaikkan pendapatan sebesar 16% dari Rp206,05 triliun menjadi Rp239,20 triliun pada 2018.

Sementara itu, beban pokok ASII pada 2018 turut mengalami peningkatan sebesar dua digit. Beban pokok perseroan pada 2018 tercatat Rp188,43 triliun, naik sebesar 15% dari 2017 sebesar Rp163,69 triliun.

Dengan demikian, ASII mengantoni laba kotor sebesar Rp50,76 triliun, tumbuh sebesar 19,83% dibandingkan tahun sebelumnya Rp42,36 triliun.

Lebih jauh, pada 2018 laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp21,67 triliun tercatat naik 15% dari 2017 yang mengantongi laba sejumlah Rp18,84 triliun.

Adapun, total aset yang dimiliki ASII pada 2018 tercatat Rp344,71 triliun, jumlah tersebut mengalami peningkatan 16,5% dibandingkan dengan total aset pada 2017 Rp295,83 triliun.

Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan bahwa pada 2018 kontribusi terbesar diberikan melalui sektor otomotif dengan komposisi 39%, diikuti bisnis alat berat pertambangan 31% dan jasa keuangan 22%. Sementara itu, dari sektor perkebunan hanya berkontribusi sebesar 5%.

“Kecil karena secara laba bersih turun, sementara lini bisnis lain naik, jadi kontribusinya mengecil hanya sekitar 5%, di mana pada tahun 2017 sebesar 8%,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (27/2/2019).

Pada 2019, Tira mengatakan bahwa pertumbuhan laba akan sangat bergantung dengan situasi makroekonomi yang dihadapi perseroan. Sektor otomotif roda empat akan menghadapi kompetisi yang tinggi, sementara harga komoditas masih fluktuatif.

Selain itu, kondisi makroekonomi global juga masih harus dicermati perseroan dampaknya terhadap kondisi makroekonomi dalam negeri. “Kami tidak pernah memberikan prediksi terhadap pencapaian keuangan kami,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper