Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen makanan ringan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. mengembangkan pasar ekspor sebagai salah satu strategi memacu pertumbuhan penjualan 15% pada 2019. Tahun ini, emiten dengan kode saham GOOD ini menargetkan penjualan ekspor tumbuh 20%.
Berdasarkan catatan perseroan, penjualan unaudited 2018 tercatat sebesar Rp8,07, naik 7,89% dari penjualan 2017 sebesar Rp7,48 triliun. Adapun, kontribusi penjualan ekspor sebesar 7% dari total penjualan atau sebesar Rp564,90 miliar, naik 20% secara year on year.
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan, perseroan berharap dapat mempertahankan pencapaian penjualan ekspor yakni tumbuh 20% pada tahun ini. Jika mengacu pada raihan penjualan ekspor 2018, maka GOOD mengincar penjualan ekspor 2019 mencapai Rp677,88 miliar.
Adapun, produk unggulan untuk pasar ekspor mencakup produk biskuit dengan pasar negara Asean, China, dan India. Ketiga pasar ini dinilai memiliki karakteristik konsumen yang sama dengan Indonesia. "Kami melalui tes market terlebih dahulu, mereka accept dengan taste produk yang kami tawarkan," katanya.
Emiten dengan kode saham GOOD ini optimistis dapat meraih target yang dipasang karena masih adanya peluang-peluang baru untuk mengembangkan pasar perseroan di luar negeri. Peluang ini terlihat dari pertumbuhan penjualan di Asia yang sangat baik.
"Realisasi sales export 2018 tumbuh di atas 20%. [Targetnya] kami dapat mempertahankan pencapaian yang sama dengan tahun lalu," katanya.
Baca Juga
Sebelumnya, perseroan memasang target pertumbuhan penjualan sebesar 15% pada 2019. Jika mengacu pada realisasi 2018, maka GOOD mengincar penjualan pada 2019 sebesar Rp9,28 triliun. Salah satu strategi perseroan dalam memacu penjualan yakni dengan mengembangkan ekspor.
Sebagai informasi, GOOD telah memasukkan produk ke lebih dari 20 negara dengan penjualan yang cukup besar di negara-negara Asia Tenggara dan India. Ekspor perseroan ke negara-negara Asia Tenggara mengambil porsi paling besar dibandingkan dengan negara lain karena negara tetangga tidak menerapkan pajak impor dan kedekatan geografis sehingga memungkinkan biaya logistik yang kompetitif.