Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa ICE Newcastle tak mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan Selasa (19/2/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Maret 2019 turun 0,10 poin atau 0,11% dan ditutup di level US$93,75 per metrik ton, tergelincir dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (18/2), harga batu bara kontrak Maret 2019 ditutup melonjak 2,10 poin atau 2,29% di level US$93,85 per metrik ton.
Sebaliknya, harga batu bara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif Januari 2020 mampu rebound dan berakhir naik 0,50% atau 0,40 poin di posisi 79,75 pada Selasa (19/2), setelah ditutup melemah 0,50% di level 79,35 sehari sebelumnya.
Adapun di Zhengzhou Commodity Exchange, harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 terus terkoreksi dan ditutup melemah 0,58% atau 3,4 poin di level 583 yuan per metrik ton pada perdagangan Selasa.
“Aktivitas tambang-tambang yang dimulai kembali dan meningkat pascaliburan (Tahun Baru China) telah menyebabkan harga mereda,” jelas analis Everbright Futures, Zhang Xiaojin, dalam risetnya.
“Saat musim perayaan hampir berakhir, penggunaan daya industri akan meningkat secara bertahap. Namun, permintaan batubara secara keseluruhan kemungkinan kecil melebihi ekspektasi,” lanjutnya.
Di sisi lain, harga minyak mentah Amerika Serikat berhasil melanjutkan reli penguatan di hari kelima pada Selasa (19/2) menyusul bukti baru pengurangan produksi OPEC yang mengimbangi kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dari kebuntuan perdagangan global.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret ditutup menguat 0,9% atau 0,50 poin di level US$56,09 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, kontrak April yang lebih aktif naik 0,47 poin ke US$56,45.
Namun minyak Brent untuk kontrak April berakhir melemah 0,05 poin atau 0,08% di level US$66,45 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Dilansir Bloomberg, pejabat pemerintah AS mengatakan perundingan perdagangan dengan China mengalami kemajuan menjelang tenggat waktu 1 Maret, bahkan ketika Uni Eropa berjanji akan merespons cepat jika pemerintah AS berencana menaikkan bea impor mobil.
Minyak mentah telah menguat lebih dari dari 20% tahun ini karena OPEC dan eksportir besar lainnya mengurangi produksi. Namun, tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi dan rekor produksi minyak mentah AS telah membebani sentimen.
“Investor lebih fokus pada perundingan perdagangan saat ini," kata Scott Bauer, chief executive officer Prosper Trading Academy.
"Tapi kita tahu yang diperlukan hanyalah satu tweet atau satu headline untuk membalikkan hal tersebut, jadi saya tidak berpikir bahwa volatilitas akan hilang dalam waktu dekat,” lanjutnya.
Meskipun pertemuan tingkat tinggi di Beijing pekan lalu hanya menghasilkan sedikit perkembangan, Presiden AS Donald Trump menyebut pertemuan tersebut sangat produktif dan mengatakan bersedia menunda kenaikan tarif tambahan selama ada langkah menuju "kesepakatan nyata".
Pergerakan harga batu bara kontrak Maret 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
19 Februari | 93,75 (-0,11%) |
18 Februari | 93,85 (+2,29%) |
15 Februari | 91,75 (+0,94%) |
14 Februari | 90,90 (-2,42%) |
13 Februari | 93,15 (-0,11%) |
Sumber: Bloomberg