Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi Anak BUMN Kian Menggeliat di Tahun Pemilu, Apa Saja Pilihan Sahamnya?

Periode tahun politik atau pemilihan umum 2019 tidak membuat sejumlah emiten anak BUMN mengendurkan rencana ekspansi baik organik maupun anorganik untuk pengembangan bisnis perseroan.
Pekerja mengerjakan proyek pembangunan hunian bertingkat PT PP (Persero) Tbk. di Jakarta, Senin (29/5)./JIBI-Dwi Prasetya
Pekerja mengerjakan proyek pembangunan hunian bertingkat PT PP (Persero) Tbk. di Jakarta, Senin (29/5)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Periode tahun politik atau pemilihan umum 2019 tidak membuat sejumlah emiten anak BUMN mengendurkan rencana ekspansi baik organik maupun anorganik untuk pengembangan bisnis perseroan.

Bambang Suyitno, Investor Relation PT PP Presisi Tbk. mengungkapkan perseroan terus mengembangkan engineering capacity dan capability secara simultan baik secara organik maupun anorganik. Hal itu untuk memelihara pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dia menjelaskan bahwa penentuan pertumbuhan organik maupun anorganik mengacu kepada korider penciptaan nilai. Tujuannya, untuk meningkatkan shareholder value. 

Pada 2019, sambungnya, perseroan akan melanjutkan proses akuisisi perusahaan di bidang soil improvement dan pondasi. Pasalnya, aksi tersebut belum dirampungkan emiten berkode saham PPRE itu tahun lalu.

“Diharapkan pada semester I/2019 akuisisi ini akan rampung. Lewat akuisisi, diharapkan perseroan dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan geotech yang banyak dibutuhkan pada pembangunan bandara, pelabuhan serta pembangunan di atas lahan labil yang saat ini banyak dikerjakan oleh perusahaan asing,” jelasnya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.

Dari sisi organik, Bambang mengungkapkan akan lebih mendorong entitas anak, PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA), untuk meningkatkan bisnis pertambangan. Artinya, LMA tidak terbatas kepada pekerjaan coal hauling saja tetapi mengerjakan jasa pertambangan terintegrasi.

PPRE, sambungnya, juga akan mengembangkan ready mix dengan membeli lahan tambang quarry batu. Selanjutnya, entitas anak PT PP (Persero) Tbk. itu akan mengembangkan presisi formwork sebagai inovasi pekerjaan yang dapat menghemat waktu pengerjaan dan tenaga.

Untuk rencana tersebut, Bambang mengungkapkan perseroan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun. Dana itu akan bersumber 70% dari pinjaman dan 30% ekuitas, termasuk dana sisa hasil penawaran umum perdana saham (IPO). “Sisa dana IPO per 31 Desember 2018 senilai Rp463,4 miliar,” jelasnya.

Di sisi lain, Direktur Human Capital, Investasi dan Pengembangan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. Nur Al Fata mengungkapkan ekspansi organik selain inti bisnis konstruksi diarahkan kepada offsite construction. Menurutnya, bisnis tersebut digerakkan lewat dua lini.

Pertama, pracetak gedung melalui anak usaha yakni PT WIKA Pracetak Gedung. Pada entitas anak usaha tersebut akan dikembangkan sistem struktur gedung tipe 3 dan slab bentang panjang. “Pabrik akan didirikan pada semester II/2019,” ujarnya.

Kedua, melalui lini modular yang merupakan offsite construction dengan pemanfaatan luas seperti site office, villa, dormitory, hotel, sekolah, dan kios komersial.

Untuk ekspansi yang bersifat recurring income, Nur mengatakan diarahkan kepada konsesi ruang perkotaan, bandara, dan rumah sakit. Nilai investasi yang dikeluarkan emiten berkode saham WEGE itu diperkirakan mencapai sekitar Rp600 miliar.

“Potensi konsesi diantaranya bandara, rumah sakit, kampus universitas dan city space,” jelasnya.

Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Beton Precast Tbk. Ratna Ningrum mengungkapkan salah satu rencana ekspansi anorganik perseroan yakni pabrik besi. Dari sisi ekspansi organik, emiten bersandi WSBP itu akan meningkatkan kapasitas pabrik serta pembelian peralatan dan infrastruktur teknologi informasi. “Total belanja modal [2019] senilai Rp922 miliar,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, WSBP batal mengeksekusi rencana akuisisi transporter atau angkutan pengiriman girder. Pasalnya, terdapat perbedaan model bisnis.

Sebagai gantinya, dia perseroan sedang mengkaji pembangunan pabrik strand dan joint plate. Fasilitas itu akan menunjang penggunaan besi baja sebagai salah satu bahan baku precast. 

Di sisi lain, Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk. Wahyu Irfan mengungkapkan terdapat beberapa rencana ekpansi yang disiapkan perseroan. Di segmen hulu, emiten berkode saham ELSA itu sedang menjajaki peluang aktivitas seismik dengan multi client. 

Dari sisi midstream, lanjut Wahyu, perseran tengah memperkuat bisnis engineering procurement construction (EPC) dan operation and maintenance (OM) untuk di kilang.

Selanjutnya, untuk ekspansi di lini downstream, ELSA sedang melakukan pengembangan bisnis revitalisasi dan pembangunan terminal bahan bakar minyak (BBM). Tidak hanya itu, perseroan juga memperkuat bisnis chemical yang sebelumya telah dimulai untuk enhanced oil recovery (EOR). “Untuk ekspansi anorganik, ELSA sedang memulai digitalisasi bisnis,” paparnya.

Seluruh rencana ekspansi tersebut telah masuk ke dalam anggaran capex perseroan tahun ini. Total alokasi ELSA senilai Rp600 miliar pada 2019.

Sebelumnya, Direktur Utama Elnusa Tolingul Anwar mengatakan strategi keseimbangan portofolio merupayakan upaya untuk menghasilkan kinerja positif di tengah fluktuasi harga minyak dunia. Fokus kinerja diarahkan kepada jasa hulu migas berbasis non-aset serta jasa distribusi dan logistik energi.

Tolingul memaparkan beberapa peluang yang akan diraih perseroan ke depan di antaranya peralihan pengelolaan blok migas habis kontrak ke Pertamina, rencana penerapan signature bonus untuk eksplorasi migas, serta keberpihakan pemerintah Indonesia terhadap kontraktor jasa minyak dan gas (migas) dalam negeri.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, sejumlah emiten anak BUMN juga telah memiliki rencana ekspansi baik organik dan anorganik pada 2019. PT Phapros Tbk., misalnya, menyiapkan belanja modal Rp350 miliar pada 2019.

Beberapa rencana ekspansi yang disiapkan perseroan di antaranya investasi organik dan anorganik sejalan dengan konsep intregated health care. Emiten yang baru mencatatkan sahamnya di bursa pada akhir 2018 itu akan mendirikan perusahaan patungan atau joint venture dalam waktu dekat. 

Adapun, PT Wijaya Karya Beton Tbk. juga tengah memproses penguasaaan lahan quarry pasir di Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Besaran anggaran investasi yang disiapkan senilai Rp400 miliar—Rp500 miliar pada tahun ini termasuk untuk mendanai kebutuhan ekspansi tersebut.

Manajemen emiten berkode saham WTON itu menyebut penguasaan itu menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan proses produksi tetap berjalan lancar. Pasalnya, isu keterbatasan material pasir mulai muncul pada 2018.

Dihubungi secara terpisah, Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan menilai emiten anak pelat merah akan tetap ekspansif pada 2019. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak akan sekencang pada 2014—2018.

Kendati demikian, dia menilai saat ini banyak saham emiten anak BUMN yang masih undervalue. Artinya, potensi kenaikan harga saham masih terbuka lebar.

“Top picks saya adalah WEGE, WSBP, dan WTON,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper