Bisnis.com, JAKARTA — Setelah mengakuisisi 80,6% saham PT Holcim Indonesia Tbk., Semen Indonesia Group memproyeksikan pertumbuhan konsumsi semen domestik tahun ini sebesar 4%—5%.
Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Holcim IndonesiaTbk. menyetujui pergantian nama perusahaan menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. Pergantian nama tersebut juga dilakukan kepada dua anak usaha miliki PT Holcim Tbk. yakni PT Holcim Beton dan PT Lafarge Cement Indonesia yang kini menjadi PT Solusi Bangunan Beton dan PT Solusi Bangunan Andalas.
Atas akuisisi tersebut, Semen Indonesia Grup melalui PT Solusi Bangun Indonesia mendapatkan tambahan pasokan yakni dua pabrik semen milik PT Holcim Indonesia Tbk., yang berada di Aceh, dan Jawa Barat.
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto mengatakan bahwa kepemilikan pabrik semen baru ini dapat meningkatkan jumlah produksi dan memaksimalkan distribusi semen di Indonesia.
Dia mengatakan bahwa sebelum mengakuisisi PT Holcim Indonesia Tbk., pabrik yang dimiliki Semen Indonesia bisa memproduksi sebanyak 38 juta ton semen. Namun, dengan bergabungnya PT Solusi Bangun Indonesia Tbk., produksi semen dalam negeri diperkirakan dapat meningkat menjadi 50 juta ton.
Perseroan akan melakukan klasterisasi untuk mengoptimalkan pendistribusian pasokan semen sesuai dengan daerah yang terdekat dari pabrik. Dengan adanya pabrik milik PT Solusi Bangunan Andalas di Lhoknga, Aceh dan pabrik ex PT Holcim Indonesia di Narogong, Jawa Barat, akan sangat membantu pendistribusian pasokan di daerah utara Sumatra dan di wilayah Jawa Barat.
“Itu [konsumsi industri] kemungkinan tumbuh 4%—5% untuk domestik tahun ini,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Setelah melakukan klasterisasi pendistribusian pasokan semen, daerah yang memiliki pasokan yang lebih akan dimaksimalkan untuk melakukan ekspor ke sejumlah negara.
Sebelum melakukan akuisisi, Semen Indonesia mampu mendistribusikan 8% pasokan semennya untuk diekspor ke sejumlah negara. Dengan akuisisi yang telah dilakukan, maka diharapkan pasokan ekspor akan lebih meningkat, tetapi fokus utama perseroan tetap kepada pemenuhan kebutuhan semen domestik.
“Kita akan lihat nanti, tumbuh itu dipengaruhi pertumbuhan nasional, tapi kita berharap ekspor Semen Indonesia Grup yang kemarin mencapai 3 juta [ton], kita harapkan bisa di atas itu tahun ini.”
Sempat dirundung masalah beban produksi karena mahalnya harga batu bara, dengan tambahan pabrik yang dimiliki Semen Indonesia Grup diklaim dapat menekan harga pembelian batu bara dengan pemasok.
Tambahan pabrik membuat meningkatnya kebutuhan perseroan atas konsumsi batu bara, oleh sebab itu, Agung mengatakan perseroan dapat lebih mudah untuk melakukan penawaran kepada pemasok batu bara.
“Ya itu adalah salah satu sinergi, procurement, jadi kita punya pabik lebih banyak, butuh energi lebih banyak, kalau bersatu kita punya daya tawar lebih kuat,” ungkapnya.