Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terjerembab pada perdagangan Senin (28/1/2019), setelah beberapa proyeksi laba perusahaan yang mengecewakan mendorong kekhawatiran tentang ekonomi global yang sudah terbebani lonjakan pasokan minyak di Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2019 berakhir anjlok US$1,70 di level US$51,99 per barel di New York Mercantile Exchange, penurunan harian terbesarnya sejak 27 Desember.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 terpeleset ke bawah level US$60 per barel, untuk pertama kalinya dalam dua pekan, dengan berakhir anjlok US$1,71 di level US$59,93 per barel di ICE Futures Europe exchange London. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$7,94 per barel terhadap WTI.
Dilansir Bloomberg, harga minyak melemah bersama pasar saham global setelah produsen microchip Nvidia Corp. dan raksasa alat berat Caterpillar Inc. mengeluarkan peringatan tentang perlambatan pertumbuhan di China dan tempat lain.
Harga minyak telah naik 15% sepanjang tahun ini ditunjang upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya membatasi produksi guna mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan.
Kendati demikian, kenaikan harga telah dibatasi oleh rekor produksi minyak di Amerika, meningkatnya stok, dan perang dagang AS-China.
Perundingan perdagangan lebih lanjut antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut pada pekan ini dapat menjadi katalis bagi minyak mentah untuk menembus kisaran perdagangan yang sempit baru-baru ini.
"Ini adalah penghindaran aset berisiko yang meluas,” kata Ryan McKay, pakar strategi komoditas di TD Securities, Toronto. Laporan laba [Caterpillar dan Nvidia) “menjadi pertanda buruk untuk permintaan di China dan untuk pertumbuhan global secara keseluruhan, dan itu adalah kekhawatiran besar bagi pasar minyak mentah akhir-akhir ini.”
Harga minyak mentah sudah turun setelah penyedia layanan ladang minyak Baker Hughes pada Jumat (25/1) merilis data yang menunjukkan peningkatan aktivitas pengeboran di AS, untuk pertama kalinya tahun ini. Jumlah rig AS yang menargetkan minyak bertambah 10 menjadi 862 pekan lalu, berdasarkan data Baker Hughes.
Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, memperkirakan akan kembali mengurangi produksi pada Februari dan akan memompa dengan jumlah di bawah batas produksi yang disepakati dalam kesepakatan OPEC, menurut Menteri Energi Khalid Al-Falih.
“AS khususnya adalah target dari pemangkasan itu karena mengalami kelebihan pasokan yang besar dengan minyak mentah domestik,” ujar Khalid.
Menambah sentimen penurunan harga minyak adalah meredanya ketegangan politik selama akhir pekan di Venezuela. Presiden Nicolas Maduro membuang keputusannya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan AS.