Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tergelincir Jelang Diskusi Perdagangan AS-China dan Rapat The Fed

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir dari penguatannya dan berakhir terdepresiasi pada perdagangan hari ini, Selasa (29/1/2019).
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir dari penguatannya dan berakhir terdepresiasi pada perdagangan hari ini, Selasa (29/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 22 poin atau 0,16% di level Rp14.094 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (28/1), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu berakhir menguat 21 poin atau 0,15% di level Rp14.072 per dolar AS, penguatan hari kelima berturut-turut.

Nilai tukar rupiah sempat melanjutkan apresiasinya terhadap dolar AS ketika dibuka menguat tipis 2 poin atau 0,01% di level Rp14.070 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.070 – Rp14.164 per dolar AS.

Selain rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga melemah terhadap dolar AS, seperti dolar Taiwan dan yen Jepang yang masing-masing terdepresiasi 0,08% dan 0,07%.

Di sisi lain, renminbi China dan peso Filipina yang masing-masing menguat 0,15% dan 0,14% memimpin penguatan di antara mata uang lainnya di Asia.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut melemah tipis 0,041 poin atau 0,04% ke level 95,705 pada pukul 18.02 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka cenderung flat di level 95,744, setelah pada perdagangan Senin (28/1) berakhir melemah 0,05% atau 0,048 poin di posisi 95,746.

Dilansir dari Bloomberg, sebagian mata uang di Asia berhasil membalik pelemahannya sebelum perundingan perdagangan AS-China antara sejumlah pejabat tingkat tinggi mulai berlangsung pada Rabu (30/1) di Washington.

Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, pemerintahan Presiden Donald Trump akan menekan China untuk membuktikan dapat menjaga janji-janjinya dalam perundingan tersebut.

Mnuchin mengatakan putaran pembicaraan yang akan diadakan selama dua hari itu akan membahas tuntutan AS atas perubahan struktural pada ekonomi China dan janji Beijing untuk membeli lebih banyak barang-barang asal Amerika.

Namun, ekspektasi akan adanya progres besar dari perundingan pembicaraan itu diperumit dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara seputar Huawei Technologies.

Pihak kejaksaan AS pada Senin (28/1) mengajukan dakwaan pidana terhadap raksasa teknologi asal China tersebut dengan tuduhan mencuri rahasia dagang dan melakukan penipuan bank.

“Akan sulit bagi mata uang Asia untuk menemukan arah yang jelas dengan serangkaian agenda mendatang, sehingga membuat pelaku pasar enggan mengambil posisi secara besar,” ujar Toru Nishihama, kepala ekonom di Dai-Ichi Life Research Institute, Tokyo.

Selain diskusi perdagangan AS-China, pasar juga menantikan keputusan pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve pada Rabu (30/1/2019) waktu setempat, yang dapat mengganjal permintaan untuk aset berisiko.

Investor memperkirakan The Fed akan mengambil sikap yang lebih berhati-hati terhadap kebijakannya dibandingkan dengan yang diterapkan pada 2018, akibat terbebani tanda-tanda ancaman perlambatan baik di dalam negeri maupun global.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan BI berkomitmen untuk mempertahankan stabilitas sistem ekonomi dan keuangan negara serta akan terus mengoptimalkan bauran kebijakannya.

“Bank sentral terus melancarkan kebijakan yang pre-emptive dan forward looking guna menjaga stabilitas,” ujar Warjiyo kepada awak media di Jakarta pada hari ini, seperti dilansir Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper