Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi menjanjikan pemotongan output minyak mentah sekali lagi pada bulan Februari dan menurunkan produksi selama enam bulan ke depan.
Menteri Energi Saudi, Khalid Al-Fatih mengatakan penurunan produksi negara akan mencapai level yang "jauh di bawah" batas produksi yang diterima berdasarkan kesepakatan pemotongan minyak OPEC.
Eksportir terbesar dunia tersebut menargetkan produksi 10,2 juta barel per hari pada Januari dan menargetkan memompa sekitar 10,1 juta pada Februari. Batas sukarela Arab Saudi berdasarkan kesepakatan pemotongan pada Desember dengan Rusia dan produsen lainnya adalah 10,33 juta barel per hari.
"Arab Saudi akan berada jauh di bawah batas sukarela yang kami sepakati dan akan memompa di bawah batas selama enam bulan penuh dari kesepakatan pemotongan Desember,” katanya dalam wawancara dengan Bloomberg TV.
OPEC dan negara sekutu termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakan untuk mengurangi produksi mulai bulan ini dalam upaya untuk menopang harga minyak yang melemah. Minyak mentah berjangka telah menguat tahun ini karena Arab Saudi memimpin dalam pembatasan produksi di tengah lonjakan pasokan minyak shale AS.
Berdasarkan pantauan terakhir, minyak Brent untuk kontrak Maret 2019 menguat 0,35% ke level US$60,14 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate menguat 0,48% atau 0,25 poin ke level US$52,24 per barel.
Baca Juga
"Permintaan akan mulai meningkat pada akhir kuartal pertama dan memasuki kuartal kedua," kata Al-Falih. “Dampak penurunan output OPEC+ akan mengalir ke pasar global selama beberapa minggu ke depan."
Pasokan berlebih AS
Di sisi lain, Al-Falih mengungkapkan AS saat ini mengalami "kelebihan pasokan" dengan output dalam negeri dan dengan minyak yang diimpor dari produsen lainnya.
“Jadi, ketika kita melihat pasar minyak, dan kita melihatnya dalam perbedaan harga, mengekspor banyak minyak ke AS benar-benar menjadi tidak bermanfaat bagi kita,” ungkapnya.
Arab Saudi dan negara-negara yang berpikiran sama bertekad untuk mendorong persediaan di bawah level rata-rata lima tahun. "Kami akan melakukannya dengan memastikan bahwa pasokan di bawah permintaan untuk tahun 2019."
Masih belum jelas apa dampak gejolak politik di Venezuela terhadap pasar minyak mentah, kata Al-Falih. Output dari anggota OPEC Amerika Selatan tersebut telah mereda di tengah meningkatnya ketegangan antara pasukan yang setia kepada Presiden Nicolas Maduro dan mereka yang mendukung oposisi Juan Guaido.