Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Pukul Balik Dolar AS saat Mata Uang Asia Terbebani

Nilai tukar rupiah berhasil rebound terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (3/1/2019), saat mayoritas mata uang di Asia terbebani kekhawatiran seputar perlambatan pertumbuhan global.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berhasil rebound terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (3/1/2019), saat mayoritas mata uang di Asia terbebani kekhawatiran seputar perlambatan pertumbuhan global.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir terapresiasi 41 poin atau 0,28% di level Rp14.417 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan Rabu (2/1/2019) ketika ditutup melemah 68 poin atau 0,47% di level Rp14.458 per dolar AS.

Padahal, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau sempat terseret melemah meskipun dibuka dengan apresiasi 7 poin atau 0,05% di level Rp14.458 per dolar AS pagi tadi.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di level Rp14.417 – Rp14.493 per dolar AS.

Menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, rupiah memperoleh katalis positif dari rendahnya inflasi sepanjang 2018.

Seperti diberitakan, laju inflasi tahunan 2018 berhasil dijaga dalam sasaran target, yakni sebesar 3,13%. Laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,61%. Adapun target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk inflasi 2018 adalah 3% plus minus 1%.

Pergerakan inflasi yang hanya 3,13% diyakini sebagai keberhasilan pemerintah dalam menjaga inflasi rendah di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menurut Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika penurunan inflasi tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh pemangku kepentingan.

"Pemerintah pusat berperan dalam memperlancar arus barang lewat pembangunan infrastruktur hingga ke pusat-pusat produksi. Otoritas moneter bekerja lewat pengendalian inflasi sisi permintaan, seperti mengelola agar kenaikan harga komoditas dunia tidak menyengat harga domestik," ujarnya.

Selain rupiah, beberapa mata uang di Asia ikut terapresiasi, dipimpin yen Jepang yang menguat tajam 1,23% terhadap dolar AS. Sebaliknya, won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,76% terhadap dolar AS memimpin pelemahan mayoritas kurs di kawasan ini.

Mayoritas mata uang di Asia terbebani peringatan penurunan prospek pendapatan oleh Apple Inc., sehingga mendorong kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global sekaligus memicu penurunan tajam dalam sentimen aset berisiko.

“Risiko terhadap kurs di Asia tidak hanya datang dari sentimen global yang lemah tetapi juga lesunya data yang telah kita lihat baru-baru ini, termasuk PMI Caixin China, ekspor Korea, dan PDB Singapura,” kata Dushyant Padmanabhan, seorang pakar strategi di Nomura.

PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit yang dirilis pada Rabu (2/1) dilaporkan turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.

Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

Adapun PMI Korea Selatan tetap berada di wilayah kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut, dengan ekspor jatuh pada bulan Desember.

Sementara itu, menurut estimasi awal Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, produk domestik bruto (PDB) negara tersebut naik 1,6% secara tahunan pada kuartal keempat tahun lalu dari kuartal sebelumnya.

Raihan ini lebih rendah dari revisi kenaikan sebesar 3,5% kuartal sebelumnya juga perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap sejumlah ekonom untuk ekspansi sebesar 3,6%.

Berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di Asia, nilai tukar yen Jepang sebagai mata uang safe haven yang mendapatkan keuntungan dari keresahan global terus menunjukkan keperkasaannya.

Nilai tukar yen melonjak terhadap sejumlah mata uang utama, khususnya dolar AS, hingga menembus level technical support saat meningkatnya risiko pertumbuhan global mendorong investor memburu aset safe haven.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,190 poin atau 0,2% ke level 96,629 pada pukul 18.34 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya turun 0,106 poin atau 0,11% di level 96,713, setelah pada perdagangan Rabu (2/1/2019) mampu berakhir menguat 0,76% atau 0,734 poin di posisi 96,819.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper