Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan siang ini, Kamis (3/1/2019), saat nilai tukar yen semakin menunjukkan keperkasaannya terhadap dolar AS di tengah meningkatnya risiko pertumbuhan global.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS (yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia) melemah 0,30% atau 0,292 poin ke level 96,527 pada pukul 14.27 WIB.
Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya turun 0,106 poin atau 0,11% di level 96,713, setelah pada perdagangan Rabu (2/1/2019) mampu berakhir menguat 0,76% atau 0,734 poin di posisi 96,819.
Sementara itu, nilai tukar yen siang ini terpantau menguat tajam 1,39% atau 1,51 poin ke level 107,37 per dolar AS, setelah ditutup menguat 0,75% atau 0,82 poin di posisi 108,88 pada perdagangan Rabu (2/1).
Seperti diberitakan Reuters, nilai tukar yen melonjak terhadap sejumlah mata uang utama, khususnya dolar AS, hingga menembus level technical support, saat meningkatnya risiko pertumbuhan global mendorong investor memburu aset safe haven.
Sentimen penghindaran aset berisiko semakin dipicu oleh peringatan prospek pendapatan yang suram dari Apple Inc., sehingga menambah kekhawatiran tentang memudarnya permintaan global.
Apple memangkas perkiraan nilai penjualan menjadi sekitar US$84 miliar pada kuartal yang berakhir 29 Desember 2018, dari perkiraan sebelumnya yakni sebesar US$89 miliar hingga US$93 miliar.
CEO Apple Tim Cook mengaitkan sebagian besar penurunan prospek dengan perjuangan perusahaan di China yang terdampak ekonomi dan meningkatnya ketegangan perdagangan negara itu dengan AS.
Sebelumnya, serangkaian survei menunjukkan aktivitas pabrik yang lesu di sebagian wilayah Eropa dan Asia pada Desember 2018. PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit yang dirilis Rabu (2/1) dilaporkan turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.
Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.
Lonjakan penghindaran risiko memicu aliran besar-besaran dari investor yang telah memegang posisi short pada yen selama berbulan-bulan. Kurangnya likuiditas, dengan aktivitas perdagangan di Jepang yang masih libur setelah Tahun Baru, menambah lonjakan tajam.
Pelaku pasar menggambarkan langkah ini sebagai flash crash dalam mata uang utama terhadap yen, yang terutama didorong oleh faktor teknis, alih-alih fundamental. Dalam jangka panjang, bagaimana pun, sejumlah analis melihat alasan lain bagi yen untuk terus menguat.
“Yen terlihat undervalued dan dapat semakin kuat tak hanya jika dolar AS melemah secara menyeluruh tetapi juga jika pandangan positif kami secara luas bahwa ekonomi global akan stabil pada potensi pertumbuhan tahun ini terbukti salah,” kata Athanasios Vamvakidis, pakar strategi valas di Bank of America Merrill Lynch.
“[Belum lagi jika] The Fed menghentikan [kenaikan suku bunga] dan/atau kita melihat penghindaran risiko seperti pada akhir 2018,” tambahnya, seperti dilansir dari Reuters.
Posisi indeks dolar AS
3/1/2019 (Pk. 14.27 WIB) | 96,527 (-0,30%) |
2/1/2019
| 96,819 (+0,76%) |
1/1/2019 | 96,085 (-0,09%) |
31/12/2018
| 96,173 (-0,24%) |
28/12/2018
| 96,402 (-0,08%) |
Sumber: Bloomberg