Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan November Defisit, Rupiah Rebound Tipis

Nilai tukar rupiah dan mayoritas mata uang di Asia berhasil bangkit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (17/12/2018).
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dan mayoritas mata uang di Asia berhasil bangkit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (17/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot mampu rebound meskipun hanya dengan apresiasi 1 poin atau 0,01% untuk ditutup di level Rp14.580 per dolar AS, setelah berakhir melemah 84 poin atau 0,58% di posisi 14.581 pada perdagangan Jumat (14/12).

Padahal pelemahan nilai tukar rupiah sempat berlanjut ketika dibuka dengan depresiasi 22 poin atau 0,58% di posisi 14.603 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.580 – Rp14.626 per dolar AS.  

Di antara mayoritas mata uang yang menguat di Asia malam ini, rupee India memimpin dengan apresiasi sebesar 0,48% terhadap dolar AS, disusul ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,17% terhadap dolar AS.

Hanya nilai tukar won Korea Selatan dan yen Jepang yang terpantau melemah masing-masing sebesar 0,06% dan 0,01% pada pukul 18.41 WIB.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,240 poin atau 0,25% ke level 97,203 pada pukul 18.31 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka di zona merah dengan turun tipis 0,013 poin atau 0,01% di level 97,430, setelah pada perdagangan Jumat (14/12) berakhir menguat 0,39% atau 0,379 poin di posisi 97,443.

Dilansir dari Bloomberg, rupee India menguat bersama mayoritas mata uang lainnya di Asia saat investor menantikan pertemuan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang akan digelar pekan ini.

Keputusan The Fed pada rapat kebijakan 18-19 Desember tersebut diharapkan dapat memberi petunjuk laju kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Para ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan otoritas moneter AS itu akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pekan ini. The Fed juga diperkirakan akan memperlambat kenaikan suku bunga pada tahun depan akibat meningkatnya risiko terhadap ekonomi AS.

“Pembicaraan The Fed baru-baru ini tampaknya mengindikasikan kemungkinan pergeseran dalam arahan The Fed dari retorika hawkish ke nada yang lebih rendah dan tampaknya ada tren bank-bank sentral berubah menjadi dovish,” kata Christopher Wong, pakar strategi senior valas di Maybank.

“Kesan dovish dari The Fed dapat menambah lesu dolar AS dan bahkan membantu memicu penguatan untuk aset-aset berisiko.”

Kendati terbantukan oleh sentimen ini, apresiasi yang dibukukan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif paling kecil di antara mata uang lainnya di Asia pascarilis data neraca perdagangan November 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$2,05 miliar pada November 2018 seiring besarnya defisit di neraca migas. 

Nilai defisit ini disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$14,83 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar US$16,88 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengungkapkan penyebabnya adalah defisit di neraca migas yang mencapai US$1,46 miliar pada November 2018.

Di sisi lain, menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, BI Indonesia (BI) melakukan intervensi dalam pasar mata uang spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

“Intervensi dimaksudkan untuk mendukung nilai tukar rupiah akibat kekhawatiran melemahnya kondisi ekonomi global,” jelas Nanang hari ini, seperti diberitakan Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper