Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Kecewa Data China, IHSG Terseret Pada Sesi I

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (14/12/2018).
Karyawan beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (12/12/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (12/12/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (14/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG tergelincir dan turun 0,06% atau 3,78 poin ke level 6.173,94 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan kenaikan tipis 0,01% atau 0,85 poin di posisi 6.178,57.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.162,36 – 6.185,48. Pada perdagangan Kamis (13/12), IHSG mempu berakhir menguat 1,02% atau 62,14 poin di posisi 6.177,72.

Enam dari sembilan sektor bergerak di zona merah, dipimpin sektor industri dasar (-0,83%) dan finansial (-0,30%). Tiga sektor lainnya bergerak di teritori positif, dipimpin konsumer yang naik 0,51%.

Sebanyak 158 saham menguat, 198 saham melemah, dan 265 saham stagnan dari 621 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) yang masing-masing turun 1,62% dan 2,37% menjadi penekan utama terhadap pergerakan IHSG pada akhir sesi I.

Indeks saham lainnya di kawasan Asia juga melemah siang ini, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (-1,25%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,67%), indeks SE Thailand (-0,54%), dan indeks PSEi Filipina (-0,22%).

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melorot 1,33% dan 1,80%, indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,17%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,58% dan 0,94%.

Bursa saham Asia bertumbangan hari ini setelah China melaporkan serangkaian data yang menunjukkan pelemahan. Pasar kembali dilanda kekhawatiran dari perlambatan yang tajam di Negeri Tirai Bambu, negara yang dikenal memiliki kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Investor pun resah atas dampak yang lebih luas dari konflik perdagangan China dan Amerika Serikat (AS) yang belum terselesaikan.

Penjualan ritel China pada November dilaporkan tumbuh dengan laju terlemah sejak 2003. Tak cuma itu, output industri membukukan peningkatan terkecil dalam hampir tiga tahun seiring dengan melesunya permintaan domestic.

Fakta ini menggarisbawahi meningkatnya risiko terhadap perekonomian saat pemerintah China berupaya untuk meredakan perselisihan perdagangan dengan Amerika Serikat.

“Meski harapan progres dalam pembicaraan AS-China juga valuasi murah mendukung pasar untuk saat ini, kita memiliki banyak potensi jebakan,” kata Nobuhiko Kuramochi, kepala palar strategi di Mizuho Securities, seperti dilansir dari Reuters.

“Jika bursa saham AS jatuh di bawah level rendah yang dibukukan baru-baru ini, itu akan menjadi tanda teknis yang sangat lemah.”

Pada akhir perdagangan Kamis (14/12), indeks S&P 500 turun 0,53 poin atau 0,02% di 2.650,54 dan Nasdaq Composite melemah 27,98 poin atau 0,39% di level 7.070,33.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper