Bisnis.com, JAKARTA—PT Indonesia Infrastructure Finance akan menerbitkan medium term notes atau MTN baru senilai Rp500 miliar untuk mendukung program pembiayaan infrastruktur.
Berdasarkan publikasi RHB Sekuritas, surat utang tersebut akan diterbikan dengan kupon 8,35% dan memiliki tenor 370 hari, yang mana proses bookbuilding-nya sudah berakhir pada Jumat pekan lalu. Surat utang ini mengantongi peringkat AAA dari Fitch Ratings Indonesia.
Tim analis RHB Sekuritas Indonesia menilai, prospek usaha IFF di sektor pembiayaan dan advisory infrastruktur di masa mendatang masih terbuka luas. Dengan beragamnya produk dan jasa yang ditawarkan, posisinya di pasar masih sangat dibutuhkan.
Dari segi produk pembiayaan proyek (project financing), kontribusi terbesar saat ini memang masih berasal dari produk pembiayaan tradisional. Nyatanya, IIF sendiri masih memiliki produk dan keahlian pembiayaan mezzanine dan equity yang saat ini gencar ditawarkan ke pasar.
Di tahun mendatang pun IIF akan lebih banyak memasarkan produk baru seperti credit enhancement yang berperan dalam memberikan peningkatan credit worthinessklien sehingga dapat membantu klien dengan profil risiko tinggi dalam mendapatkan bantuan pendanaan dengan bunga yang lebih ringan.
Melihat progres pengembangan infrastruktur Indonesia saat ini, dari beberapa proyek infrastruktur yang digagas, di antaranya tengah masuk masa perampungan dan membutuhkan peralihan dari fase kontruksi ke pengelolaan. Oleh sebab itu, prospek jasa transaction advisory akan semakin dibutuhkan oleh pasar.
Di sisi lain, perkembangan regulasi yang ada saat ini juga memberi kemudahan swasta untuk terjun ke bisnis infrastruktur, sehingga membuka peluang yang besar bagi IIF dalam memasarkan advisory.
Saat ini, IIF tidak hanya memiliki jasa transaction advisory dan sindikasi, tetapi juga telah mengembangkan produk advisorydengan meluncurkan merger & aquitition advisory (M&A), jasa pendampingan penyusunancorporate strategy dan/atau corporate finance serta penggalangan dana (crowd funding).
“Dari sudut pandang profitabilitas, produk-produk baru tersebut memiliki karakteristik siklus proyek yang lebih singkat dibandingkan advisory yang ada sebelumnya sehingga akan berdampak dari sisi peningkatan pendapatanyang berasal dari non-interest income di masa mendatang,” ungkap tim riset RHB Sekuritas, dikutip Minggu (14/10/2018).
Pada semester I/2018, IIF telah membukukan pendapatan Rp368 miliar, turun dibandingkan Rp391 miliar pada periode yang sama 2017. Laba komprehensif berseroan tercatat negatif pada paruh pertama tahun ini sebesar Rp49 miliar, berbalik dari laba Rp43 miliar pada semester I/2017.
Adapun, hingga akhir 2017, IIF membukukan rugi komprehensif Rp45 miliar.
Perusahaan mengalami hambatan dalam mempertahankan tingkat labanya. Hal tersebut disebabkan oleh keperluan untuk melakukan pencadangan dan penilaian nilai wajar investasi yang pada gilirannya berdampak negatif kepada laba IIF di tahun 2017.
Manajemen berpandangan bahwa pencadangan dan penilaian ulang nilai investasi yang dilakukan, walaupun berdampak negatif di 2017, justru akan memperkuat neraca IIF di tahun-tahun mendatang.
Total aset perseroan per semester I/2018 mencapai Rp11,2 triliun, turun dari Rp13 triliun pada semester I/2017.