Bisnis.com, JAKARTA – Persediaan minyak kelapa sawit di Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia diperkirakan merosot untuk pertama kalinya dalam empat bulan berturut tercatat pada Juni masih terkena imbas libur Hari Raya Idulfitri.
Berdasarkan rata-rata estimasi sejumlah analis, pengolah, dan petani yang dikompilasi Bloomberg, stok persediaan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia tercatat anjlok 1% dari jumah pada Mei.
Persediaan CPO masih berada pada level 4,70 juta ton yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlahnya pada Mei sebanyak 4,76 juta ton. Produksi CPO dari Indonesia mengalami penurunan hingga 9% menjadi 3,87 juta ton.
Harga patokan CPO dari Bursa Derivatif Malaysia sepanjang tahun ini sudah mengalami penurunan lebih dari 13% karena kekhawatiran atas adanya ketidakpastian permintaan dari sejumlah pembeli utama dan adanya ekspektasi bahwa output CPO dari Indonesia dan Malaysia akan mengalami rebound pada semester II/2018.
Pada perdagangan Kamis (26/7) pukul 12.00 WIB, harga CPO patokan dari Malaysia berada pada posisi 2.187 ringgit per ton, naik 24 poin atau 1,11% dari penutupan perdagangan pada sesi sebelumnya. Harga CPO turun 13,05% selama tahun berjalan.
Dalam laporan resminya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) pada 11 Juli lalu melaporkan bahwa persediaan CPO di Indonesia mengalami lonjakan secara tak terduga pada Mei setelah produksinya juga melambung.
“Hasil produksi CPO Indonesia diperkirakan akan tetap naik pada Juli karena buah sawit yang belum dipanen pada Juni bisa memenuhi kesenjangan produksi pada sepanjang libur Hari Raya Lebaran,” kata Eddy Martono, Direktur PT Mega Karya Nusa di Banten, dilansir dari Bloomberg, Kamis (26/7/2018).
Sebelumnya pasar Indonesia ditutup hingga hampir dua pekan pada Juni karena libur Hari Raya Idulfitri.
Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics di Singapura, mengungkapkan bahwa pengiriman CPO dari Indonesia juga diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 14% menjadi 2,45 juta ton. Kenaikan tersebut sebagian besar dipicu oleh diskon besar harga CPO Indonesia.
Indonesia masih mempertahankan pajak ekspornya yang gratis pada Juni, padahal Malaysia sudah menerapkan pajak sebesar 5%. Gapki diperkirakan akan merilis data ekspor Juni pada akhir bulan ini.