Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen pipa baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. (Spindo) fokus menggarap pasar Kanada untuk dapat menggenjot ekspor perseroan. Simultan dengan pengapalan ke ujung Benua Amerika tersebut, Spindo tengah menjajaki peluang ekspor ke negara-negara Uni Eropa.
Investor Relations Steel Pipe Industry of Indonesia Johanes W. Edward menyampaikan, Kanada merupakan pasar ekspor terbesar dengan pertumbuhan permintaan yang sangat baik.
“Sekarang kami masih fokus ke Kanada, sedangkan untuk pasar Uni Eropa, kami baru saja mendapatkan sertifikasinya yang sesuai pasar di sana. Jadi pasar UE baru mulai penjajakannya, kami sedang offer [ke pembeli dari UE],” ungkap Johanes di Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Johanes menyampaikan, selain ke Kanada, emiten dengan kode saham ISSP tersebut juga telah mengekspor pipa baja ke Amerika Serikat. Kendati demikian, volumnya masih cukup kecil. Apalagi, saat ini pemerintah Negeri Paman Sam sedang mengevaluasi ulang seluruh kebijakan ekspor-impor mereka.
Adapun, lebih dari 70% dari pipa baja yang diekspor perseroan dikirimkan ke Kanada. Berdasarkan catatan perseroan, hingga akhir Juni 2018, nilai ekspor ISSP khusus ke pasar Kanada telah mencapai sekitar Rp100 miliar.
Perseroan yang memiliki beberapa pabrik di Jawa Barat dan Jawa Timur tersebut melakukan ekspor perdana ke Kanada pada Januari 2018. Spindo merupakan produsen pipa baja pertama yang memperoleh sertifikasi UE sehingga dapat mengekspor produknya ke negara lain.
Sepanjang tahun ini, perseroan menargetkan dapat mengirimkan hingga 10.000 ton pipa baja ke negara-negara tujuan ekspor. Spindo berambisi menggenjot ekspor meski kontribusi ke pendapatan perseroan belum terlalu besar.
Perseroan mencatat pada tahun lalu, pendapatan perseroan dari ekspor mencapai Rp131 miliar, atau sekitar 3,6% dari total pendapatan perseroan sepanjang 2017. Kendati sempat melemah pada 2016, ekspor perseroan mencapai titik tertingginya dalam 5 tahun pada 2017 lalu.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Spindo membukukan pendapatan sebesar Rp3,6 triliun sepanjang 2017 lalu, meningkat 12,39% dibandingkan pendapatan perseroan pada periode yang sama tahun 2016 (yoy) yang sebesar Rp3,26 triliun.
Kendati pendapatan meningkat, laba bersih ISSP merosot tajam ke level Rp9 miliar pada 2017, dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp103 miliar. Manajemen menyebut penurunan laba tersebut terutama disebabkan kenaikan harga bahan baku.