Bisnis.com, JAKARTA—Emiten perhotelan PT Red Planet Indonesia Tbk. berencana untuk menjajaki potensi ekspansi pengembangan hotel baru di titik-titik transit oriented development atau TOD proyek LRT dan MRT di Jabodetabek dalam lima tahun ke depan.
Suwito, Presiden Direktur Red Planet Indonesia, mengatakan bahwa ke depan perseroan ingin fokus pada ekspansi di kawasan Jabodetabek sebab pangsa pasarnya lebih gemuk.
Saat ini, emiten dengan kode saham PSKT ini memiliki 7 unit hotel yang tersebar di Bekasi, Makassar, Palembang, Jakarta, Pekanbaru, Solo dan Surabaya. Total kamar hotel perseroan mencapai 1.058 kamar atau rata-rata 151-152 kamar per hotel.
Suwito mengatakan, perseroan telah mulai berkomunikasi dengan para pemilik poyek LRT dan MRT Jabodetabek. Perseroan menjajaki peluang kerjasama yang memungkinkan untuk pengembangan hotel di area-area yang dipersiapkan sebagai TOD.
Sejauh ini, wacana tersebut belum sampai pada kesepakatan serius, tetapi hal tersebut menjadi agenda penting bagi ekspansi perseroan. Fokus perseroan adalah bagaimana mendapatkan lahan baru di lokasi strategis untuk pendirian hotel perseroan yang berikutnya.
“Pola kerja sama belum kami matangkan, tetapi kira-kira bisa kita sewa untuk jangka panjang. Kira-kira konsep BOT [build-operate-transfer] dengan pengembang itu. Detail belum kami matangkan sampai sekarang,” katanya, Senin (4/6/2018).
Suwito mengatakan, bila rencana ini sukses, perseroan mampu menambah kamar setidaknya 1.000 unit lagi, atau dua kali lipat dari kapasitas saat ini.
“Dengan 4-5 lokasi saja, kita berani bangun 200 kamar per lokasi. Kita bisa efektifkan ruangnya karena area parkir juga tidak banyak sebab orang pakai LRT kan,” katanya.
Sementara itu, agenda ekspansi perseroan yang cukup konkrit tahun ini yakni pengembangan hotel baru di Jakarta, tepatnya di Kelapa Gading. Saat ini, perseroan masih mengurus perizinannya, sebab tanah lokasi pembangunan tersebut merupakan hak Kementerian Keuangan.
Bila berjalan lancar, hotel ini akan mulai dibangun 2019 dengan total kamar 181 kamar. Biaya konstruksinya mencpai Rp450 juta hingga Rp500 juta per kamar, atau total sekitar Rp52 miliar. Pendanaannya 50% dari kas internal dan 50% dari pinjaman bank.
Di sisi lain, perseroan tengah dalam proses untuk disposal atau pelepasan aset hotel Pusako di Bukittinggi, Sumatra Barat. Perseroan ingin melepasnya sebab tidak sesuai dengan karakter umum hotel perseroan yang merupakan hotel kelas ekonomi bintang 2, sementara hotel Pusako berbintang 4.
Selama ini, hotel tersebut menyumbang rugi bagi perseroan, sehingga lebih menguntungkan bila dilepas. Nilai bukunya sekitar Rp20 miliar, tetapi perseroan ingin melepasnya dengan harga lebih tinggi. Dananya akan digunakan untuk menambah anggaran pembangunan perseroan selanjutnya.