Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR OBLIGASI: Investor Asing Net Sell Rp8,94 Triliun

Aksi jual investor asing di pasar obligasi Indonesia sepanjang tahun ini menjadi yang paling agresif sejak 2010 dan terjadi justru di saat Indonesia sudah mengantongi peringkat layak investasi penuh dari lembaga pemeringkat internasional.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA—Aksi jual investor asing di pasar obligasi Indonesia sepanjang tahun ini menjadi yang paling agresif sejak 2010 dan terjadi justru di saat Indonesia sudah mengantongi peringkat layak investasi penuh dari lembaga pemeringkat internasional.

Investor asing memang cukup agresif melakukan aksi beli pada bulan Januari 2018 setelah Indonesia memperoleh peningkatan peringkat dari lembaga pemeringkat Fitch Ratings dari BBB- menjadi BBB. Sepanjang Januari, nilai arus masuk asing mencapai Rp33,6 triliun.

Namun, setelahnya aksi beli yang sama tidak lagi terulang di pasar surat berharga negara (SBN). Pada Februari, investor asing mulai agresif menjual dengan total jual bersih mencapai Rp21,6 triliun. Pada Maret, investor asing mencoba kembali masuk, tetapi lebih terbatas yakni Rp10,57 triliun.

Sayangnya, aksi beli ini tidak berlangsung lama. Pada bulan April, investor asing kembali menjual SBN hingga total terjual Rp13,45 triliun. Ini pertama kalinya investor asing mencatatkan net sell khusus pada bulan April sejak 2010.

Padahal, pada bulan April tahun ini lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service juga sudah menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari Baa3 menjadi Baa2. Artinya, sudah dua dari tiga lembaga pemeringkat utama dunia memberikan peringkat layak investasi satu notch lebih tinggi dari level terbawah investment grade, yakni Fitch dan Moody’s.

Sebelumnya, Japan Credit Rating Agency (JCRA) juga sudah menaikkan peringkat Indonesia dari BBB menjadi BBB+ pada Februari 2018. Demikian juga lembaga pemeringkat lain asal Jepang, yakni Rating and Investment Information Inc (R&I) menaikkan peringkat utang luar negeri Indonesia dari BBB- menjadi BBB pada Maret 2018.

Tidak berhenti sampai di April, pada Mei aksi jual investor asing bahkan lebih kencang. Hingga Jumat (18/5) pekan lalu, nilai jual bersih sepanjang bulan Mei sudah mencapai Rp18,13 triliun. Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan 2018 atau year to date investor asing telah tercatat net sell Rp8,94 triliun.

Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa kondisi defisit neraca perdagangan yang terjadi pada 3 dari 4 bulan awal tahun ini menyebabkan secara fundamental rupiah menjadi lemah.

Alhasil, return investasi asing di dalam negeri bila dikonversi ke dalam dolar menjadi turun. Sebagai kompensasinya, yield obligasi negara harus meningkat. Selisih antara yield surat utang negara (SUN) dikurangi rugi kurs menjadi kian tipis, sehingga investasi di Indonesia menjadi kurang prospektif.

Yield SUN 10 tahun Indonesia per Senin (21/5/2018) sudah mencapai 7,43%, sedangkan nilai tukar rupiah sudah melemah 4,68% ytd ke posisi Rp14.190 per dolar AS. Selisihnya 2,75%. Di sisi lain, yield US Treasury tengah meningkat tinggi, bahkan sempat melebihi 3,1% sehingga jauh lebih menarik.

“Pilihannya adalah trade balance harus kembali surplus atau tingkat suku bunga harus naik. Yield SUN mungkin harus naik 50 bps lagi ke level 8% sehingga setelah dikurangi tingkat depresiasi rupiah masih dapat gain yang tinggi bagi asing,” katanya, Senin (21/5/2018).

Ahmad mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI 7 days repo rate kemungkinan besar tidak akan berakhir hanya dengan kenaikan 25 bps pekan lalu, tetapi akan berlanjut. Bank Indonesia memang harus membuat banyak perhitungan sebelum memutuskan besaran kenaikan suku bunga, tetapi arahnya mestinya pada upaya mencapai kembali surplusnya neraca perdagangan.

Menurutnya, level nilai tukar rupiah sebesar Rp14.000 sudah menjadi titik keseimbangan baru bagi rupiah dan sulit untuk berharap kembali turun ke level di bawahnya lagi. Kecuali, The Fed tidak jadi menaikkan suku bunganya pada Juni nanti, yang mana kemungkinannya kecil.

Maximillianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment Division Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa kondisi terkini di pasar obligasi Indonesia memang sudah menunjukkan tidak ada lagi arus masuk investor asing.

Pelemahan yang terjadi pada rupiah pascakenaikan BI 7DRR pekan lalu mengindikasikan pelemahan masih akan berlanjut. Fase resisten pertama bagi nilai tukar rupiah adalah pada Rp14.229, yang mana bila ditembus berpotensi terus melemah hingga ke posisi Rp14.721 seperti pada 28 September 2015.

Hal ini berpotensi terjadi bila menimbang aksi jual yang terus dilakukan investor asing. Hal yang menjadi pertanyaan bagi pasar adalah seberapa kuat pasar domestik menahan arus keluar dana asing yang terus berlanjut ini.

Nico mengatakan, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi bila capital outflow terus terjadi dan menekan yield SUN 10 tahun ke level 7,4% - 7,65%. Bila pasar tidak mampu menahan tekanan yang terus berlanjut, yield bisa berakhir di level 7,93%.

“Kenapa demikian, karena ada potensi The Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya Juni nanti yang secara probabilitas itu sudah mendekati 100%. Pertemuan The Fed Juni adalah pada tanggal 13, yang mana kita libur. Bila terjadi kenaikkan suku bunga The Fed ketika kita libur, pasar akan turun setelah dibuka usai lebaran,” katanya.

Nico mengatakan, kondisi ini membuktikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang digadang-gadang cukup kuat ternyata tidak sepenuhnya benar. Fundamental yang selama ini dianggap baik terbukti tidak mampu meredam arus keluar asing dan tekanan eksternal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper