Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Astra Ungkap Penyebab Saham ASII Belum Bisa Ngegas sejak Awal Tahun

Bos Astra International mengungkap penyebab turunnya harga saham ASII.
Menara Astra./Istimewa
Menara Astra./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Astra International Tbk. (ASII) mengalami pelemahan sepanjang tahun berjalan. Di lain sisi, sejumlah analis menilai faktor pelemahan saham ASII sebagai dampak dari masuknya kendaraan listrik asal China, seperti BYD dan lain-lain sejak awal 2024.

Mengacu data RTI Business, per Selasa (30/4/2024), saham ASII mengalami penurunan 8,85% secara year-to-date (ytd). Dalam enam bulan terakhir, saham ASII juga terkoreksi 14,88%.

Adapun, dalam kurun waktu sebulan terakhir, investor asing juga tercatat melakukan aksi jual atau net sell sebesar Rp919,5 miliar. Pekan lalu, saham ASII juga sempat ambles meninggalkan level Rp5.000, namun pada perdagangan Selasa (30/4) saham ASII berhasil menguat 2,49% dan kembali ke level Rp5.150.

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan secara umum pergerakan harga saham ASII dipengaruhi berbagai faktor, misalnya kondisi perekonomian global dan domestik, kondisi makro ekonomi dan mikro di dalam negeri, geopolitik, dan berbagai sentimen sentimen pasar.

"Kami menyadari dan melihat adanya tekanan terhadap harga saham ASII, dan ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian global dan domestik," ujar Djony dalam konferensi pers ASII pada Selasa (30/4/2024).

Tak hanya itu, dia juga menyoroti adanya reaksi pasar terhadap munculnya persaingan di segmen kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV), terutama dari China dan Korea yang dianggap sebagai ancaman bagi posisi ASII.

Perlu diketahui, mengacu Peraturan Presiden (Perpres) No 79 Tahun 2023, pemerintah akan memberikan insentif pajak kepada produsen mobil yang berencana membangun pabrik kendaraan listrik atas impor CBU dengan keringanan PPnBM dan bea masuk 0% hingga 2025. Hal itu memicu produsen asal China hingga Korea membangun pabrik di Indonesia.

Misalnya, BYD akan segera melakukan groundbreaking pabrik mobil listrik dalam waktu dekat, setelah meluncurkan tiga model BEV di pasar Tanah Air, yaitu Seal, Atto3 dan Dolphin pada 18 Januari 2024. Selain itu, pabrikan Hyundai asal Korea Selatan juga sudah memproduksi mobil listrik dalam negeri yakni Ioniq 5.

"Kami juga melihat adanya reaksi pasar terhadap munculnya persaingan di segmen BEV, terutama dari China dan Korea yang dianggap sebagai ancaman bagi posisi ASII. Perlu kami sampaikan bahwa kami kurang setuju dengan banyaknya analisa yang kurang positif terhadap kekhawatiran tersebut," tegas Djony.

Alasannya, kata dia, Astra memiliki portofolio bisnis yang beragam dan terdiversifikasi dengan baik, serta terbukti resilien dengan berbagai tantangan dan krisis, terutama saat pandemi Covid-19.

"Lalu, pertumbuhan portofolio bisnis Astra dengan CAGR selama 5 tahun terakhir di level 9%. Bandingkan dengan PDB RI dalam 5 tahun di bawah angka tersebut. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ASII lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi RI," katanya.

Selain itu, menurutnya yang juga menjadi katalis positif untuk bisnis otomotif, Astra memiliki ekosistem yang kuat, didukung jaringan yang luas dari seluruh merek yang dimiliki perseroan, serta mendukung penjualan maupun layanan purnajual.

Terkait mobil listrik, sejauh ini, Astra masih mengandalkan segmen hybrid electric vehicle (HEV) seperti Toyota Innova Zenix Hybrid yang menjadi tulang punggung penjualan. Namun ke depan, ASII juga akan meluncurkan berbagai model BEV melalui PT Toyota Astra Motor (TAM) maupun PT Astra Honda Motor (AHM).

"Kami juga bekerja sama erat dengan prinsipal kami untuk dapat meluncurkan berbagai model kendaraan listrik, baik hybrid maupun BEV. Kami berprinsip secara berimbang, dan saat ini TAM dan AHM memiliki rencana untuk meluncurkan lebih banyak BEV dalam dua tahun ke depan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper