Bisnis.com, JAKARTA - Tren menguatnya harga nikel mendorong sentimen positif bagi saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Terbukti, walaupun performa operasional pada kuartal I/2018 menurun, perseroan berhasil mendulang untung.
Pada penutupan perdagangan Jumat (4/5), harga nikel di London Metal Exchange (LME) naik 250 poin atau 1,81% menuju US$14.025 per ton. Harga menguat 9,91% secara year-to-date (ytd), tertinggi di antara harga logam industri lainnya.
Dalam laporan keuangan per Maret 2018, manajemen INCO menyebutkan pendapatan perusahaan mencapai US$170,45 juta, naik 18,42% year-on-year dari sebelumnya US$143,94 juta. Vale membukukan laba US$6,84 juta, berbalik dari rugi US$6,16 juta pada kuartal I/2017.
Padahal, pada periode Januari–Maret 2018, perusahaan merealisasikan produksi nickel matte sejumlah 17.141 ton, turun dari kuartal I/2017 sejumlah 17.224 ton.
Pada penutupan perdagangan Senin (7/5), saham INCO naik 10 poin atau 0,32% menjadi Rp3.100. Saham emiten berkapitalisasi pasar Rp30,80 triliun ini tumbuh 7,27% secara ytd.
Analis MNC Sekuritas Sukisnawati Puspitasari menyampaikan, pertumbuhan pendapatan INCO didorong oleh kenaikan harga nikel. Ke depan, nilai penjualan diperkirakan naik 24,64% yoy pada 2018 menjadi US$784,39 juta.
“Harga nikel diperkirakan menguat karena adanya defisit di pasar global sebesar 53.000 ton,” tulisnya dalam riset, dikutip Senin (7/5).
Tahun ini, manajamen berencana mengonversi 1 kiln menggunakan bahan bakar batu bara dari sebelumnya minyak. Pasalnya, ongkos memakai batu bara lebih murah dibandingkan dengan minyak kendati tren harga batu hitam itu sedang memanas.
Sebelumnya, pada 2013 INCO memakai 1 kiln berbahan bakar batu bara dari total 5 kiln. Artinya, pada 2018 akan ada 2 kiln yang memakai batu hitam.
Penghematan lain yang dilakukan perusahaan ialah menggunakan batu bara berkalori lebih rendah, yakni 5.700–6.000 Kcal/kg untuk kiln. Berbagai strategi tersebut akan mendorong margin laba perusahaan. “Kami perkirakan net profit margin mencapai 8,37% dan laba bersih US$65,63 juta pada 2018,” paparnya.
MNC Sekuritas merekomendasikan beli terhadap saham INCO dengan target harga Rp3.620. Nilai itu mencerminkan price to earning ratio (PER) 34,69 kali.
Analis Teknikal Kresna Securities William Mahmudi menyampaikan, secara teknikal INO kembali menguji flip level Rp3.200. Candle bullish enguilfing memberi indikasi akan potensi technical rebound dan stochastic cenderung golden cross.
“Rekomendasi harian trading buy Rp3.140—3.450. Stop loss di Rp2.990,” ujarnya.
Sementara itu, sejak INCO memberikan laporan keuanga kuartal I/2018 pada 25 April 2018, ada 6 analis yang memperbarui pandangannya. Sejumlah 4 analis merekomendasikan beli dengan target berkisar Rp3.620–Rp5.050, sedangkan 2 analis menyarankan hold dengan harga Rp3.000–Rp3.300.