Bisnis.com, JAKARTA – Emiten maskapai penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mempertimbangkan langkah sekuritisasi aset perseroan untuk dapat menghimpun dana guna merestrukturisasi profil utang perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengungkapkan bahwa perseroan tengah mempelajari opsi pendanaan tersebut. Saat ini, emiten dengan kode saham GIAA itu tengah mempertimbangkan rute-rute yang dapat disekuritisasi.
“Kami akan melihat kondisi pasar seperti apa [untuk fund raising]. Kami menyiapkan opsi lain seperti sindikasi dan sekuritisasi. Sekuritisasi akan dalam rupiah dan kami melihat pada rute-rute tertentu yang pendapatan yang akan diperolehnya, dinilai potensial oleh market,” ungkap Pahala di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Pahala mengungkapkan perseroan melirik opsi sekuritisasi tanpa menyampingkan rencana untuk menerbitkan obligasi global yang sebelumnya disepakati sebanyak-banyak-banyaknya sebesar US$750 dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada tahun ini, perseroan memiliki obligasi yang akan jatuh tempo senilai Rp2 triliun, dan pada 2020 akan ada utang yang jatuh tempo senilai US$500 juta. “Yang jelas kami fokus mencari sumber pendanaan yang lebih murah dari cost of financing kami sebelumnya,” ungkap Pahala.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmy Imam Satriyono mengungkapkan perseroan mencari sumber pendanaan degan bunga yang lebih murah, dengan struktur dan eksekusi yang lebih sederhana.
Baca Juga
Menurutnya, jika aksi sekuritisasi tersebut dilakukan, perseroan berpotensi mengurangi nilai penerbitan dari obligasi global yang sebesar US$750 juta. “Sekuritisasi itu salah satu alternatifnya. Kami mencari yang paling baik,” kata Helmi.
Helmi menyampaikan perseroan menyasar rute-rute yang sudah mapan untuk dipasarkan nilai masa depannya seperti penerbangan-peberbangan ke Asia, Timur Tengah, dan Asia Timur.