Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir 2018, Dana Kelolaan Reksa Dana ETF Bisa Capai Rp10 Triliun

Indo Premier Sekuritas menargetkan dana kelolaan sebagai dealer partisipan produk exchange traded fund atau ETF hingga akhir 2018 dapat mencapai Rp10 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA — Indo Premier Sekuritas menargetkan dana kelolaan sebagai dealer partisipan produk exchange traded fund atau ETF hingga akhir 2018 dapat mencapai Rp10 triliun.

Direktur Indo Premier Sekuritas Noviono Darmosusilo mengatakan bahwa ETF sudah hadir di Indonesia sejak 2007, tetapi hingga saat ini penetrasinya masih relatif terbatas di kalangan investor Tanah Air.

Beberapa kesalahan persepsi dan sosialisasi yang kurang meluas ditengarai menjadi faktor terbatasnya aktivitas investasi ETF. Meski begitu, dalam 5 tahun terakhir, perkembangan ETF mulai cukup menjanjikan.

Noviono mengatakan, saat ini sudah ada 17 produk ETF yang beredar di pasar dalam negeri. Dari jumlah tersebut, Indo Premier Sekuritas bertindak sebagai dealer partisipan untuk 16 produk dengan nilai dana kelolaan Rp6,45 triliun. Adapun, sekitar Rp5,37 triliun di antaranya berasal dari 15 ETF saham.

Jumlah ini meningkat agresif dibandingkan dengan 2013 yang senilai Rp456 miliar atau telah meningkat lebih dari 1.300% dalam 5 tahun terakhir. Di sisi lain, pada periode yang sama jumlah investor institusi juga meningkat dari 40 menjadi 132 investor.

Meskipun meningkat agresif, untuk jumlah produk, dana kelolaan dan investornya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan reksa dana konvensional. Namun, Noviono meyakini pasar ETF akan terus berkembang.

“Kita berharap sampai akhir tahun ini dana kelolaan bisa mencapai Rp10 triliun karena ETF ini reksa dana yang paling likuid di Indonesia. Untuk mencapai itu, tentunya karena akan semakin banyak manajer investasi yang terbitkan ETF, dan itu tentu akan menarik minat lebih banyak investor,” katanya, Kamis (3/5).

Adapun, 17 ETF yang ada saat ini diterbikan oleh manajer investasi yang berbeda-beda, meskipun mayoritas menunjuk Indo Premier Sekuritas sebagai dealer partisipan. Sebanyak 9 ETF dikelola oleh PT Indo Premier Investment Management (IPIM) dan 5 ETF dikelola PT Pinnacle Persada Investama.
Selanjutnya, PT Batavia Prosperindo Asset Management, PT Danareksa Investment dan PT Bahana TCW Investment Management masing-masing mengelola 1 ETF.

Manajer investasi ini sudah mengumumkan rencana untuk kembali merilis instrumen ETF baru. Pinnacle baru menerbitkan satu tahun ini dari targetnya antara 4-6 ETF baru, sedangkan Danareksa 1 ETF dengan basis saham kapitalisasi menengah.

Mayoritas ETF yang ada saat ini berbasis saham dan mengacu pada indeks tertentu. Namun, ada juga yang secara aktif merancang portofolio saham secara tematik tanpa mengacu indeks tertentu. Produk lainnya berbasis instrumen fixed income atau obligasi.

Noviono mengatakan, lambatnya perkembangan ETF selama ini boleh jadi disebabkan adanya kesalahan persepsi di kalangan investor tentang likuiditas instrumen ini. Namun, saat ini investor umumnya mulai memahami karakter instrumen ini.

Noviono mengatakan, mispersepsi investor institusi terkait likuiditas ini terjadi kemungkinan karena investor belum melihat dan menyadari likuiditas ETF yang ada di pasar primer. Likuiditas di pasar primer merupakan likuiditas saham-saham underlying ETF.

Sebagai contoh, ETF Premier IDX30 melakukan investasi pada saham-saham di indeks IDX30 yang memiliki kapitalisasi pasar total tidak kurang dari Rp3.800 triliun atau 60% dari total kapitalisasi pasar BEI.

Hal ini berbeda dengan likuiditas ETF di pasar sekunder yang hanya sebatas nilai kapitalisasi unit ETF yang sudah dikreasi. Nilai kapitalisasi pasar unit ETF Premier IDX30 misalnya, hanya sekitar Rp2,5 triliun.

“Transaksi ETF di pasar primer sangat likuid karena di situlah likuiditas ETF sesungguhnya,” katanya.

Hanya saja, untuk bertransaksi di pasar primer, investor harus melakukan pembelian dalam porsi jumbo, dengan ukuran basket 100 ribu unit. Bila mengacu posisi indeks IDX30 yang sebesar 524, investor harus menyiapkan dana senilai Rp52,4 juta. Sedangkan di pasar sekunder, transaksi dapat dilakukan dalam satuan lot, terdiri atas 100 unit saja.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper