Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga besi dan baja dunia akan meningkatkan biaya produksi yang harus dikeluarkan PT Astra Otoparts Tbk. Sepanjang tahun lalu, harga bahan baku perseroan meningkat pada kisaran 20%—40%.
Presiden Direktur Astra Otoparts Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengungkapkan selama Januari—Desember 2017, harga bahan baku baterai meningkat 24%, harga baja yang diserap perseroan meningkat 25%, dan harga bahan baku aluminium meningkat hingga 38%.
“Sebagian dari bahan-bahan itu masih kami impor. Kalau pun dari lokal, kami ambil dari trading company di Indonesia yang membeli juga dari luar negeri. Kenaikan harga bahan baku ini jadi tantangan untuk bisnis kami tahun ini,” ungkap Hamdhani di Jakarta, Jumat (13/4/2018).
Selain itu, Hamdhani mengatakan perseroan juga mewaspadai tren kenaikan harga minyak dunia yang menjadi faktor pengerek harga besi dan baja. Untuk dapat mengompensasi kenaikan harga tersebut, perseroan harus meningkatkan efisiensi secara maksimal.
Hamdhani mengungkapkan perseroan membukukan kenaikan beban penjualan sebesar 1,5% pada 2017, yang disebabkan terutama oleh kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah minimum pekerja, dan kenaikan biaya umum karyawan.
“Namun kenaikan beban penjualan tersebut dapat kami imbangi dengan upaya efisiensi dan kontrol biaya di seluruh unit perusahaan.” ungkap Hamdhani.
Baca Juga
Head of Treasury and Investor Relations Department Astra Otoparts Baskoro Santoso mengungkapkan saat ini sebagian besar bahan baku perusahaan diimpor dari Nippon Steel di Jepang sehingga salah satu upaya untuk melakukan efisiensi adalah memperbesar porsi bahan baku yang dibeli dari dalam negeri.
“Salah satu strategi kami adalah memperbesar porsi lokalisasi [bahan baku yang dibeli dari dalam negeri]. Nippon baru saja MoU untuk membangun pabrik dengan Krakatau Steel. Mungkin nanti kami beli dari situ. Kami harap Krakatu Steel bisa cepat provide,” ungkap Baskoro.
Adapun, anak usaha Grup Astra sektor komponen tersebut membukukan kenaikan laba bersih sebesar 31,85% menjadi Rp551,4 miliar pada 2017. Pada tahun lalu, AUTO membukukan pendapatan bersih sebesar Rp13,5 triliun atau meningkat 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan bersih tersebut disebabkan peningkatan penjualan produk sebesar 2,5% di pasar pabrikan otomotif (Original Equipment Manufacturer/OEM) untuk kendaraan roda empat dan roda dua, dan kenaikan sebesar 9,7% untuk suku cadang pengganti (Replacement Market/REM) di pasar domestik dan internasional.
Hamdhani menyebut upaya efisiensi diyakini tetap dapat meningkatkan capaian topline dan bottomline perusahaan pada tahun ini. Sejauh ini, perusahaan memprediksi kinerja AUTO tetap akan tumbuh, dengan asumsi rupiah tidak akan jatuh terlalu dalam.
Sementara itu, Baskoro menyebut pertumbuhan perusahaan selalu mengikuti tren pertumbuhan industri otomotif. Tahun ini Astra Otoparts mengalokasikan belanja modal konsolidasi di kisaran Rp500 miliar—Rp800 miliar yang berasal dari kas internal.
“Kami gunakan capex untuk pengembangan produk-produk baru. Tantangan kami di level pabrik adalah untuk menghasilkan produk baru yang efisien. Selama ini dengan pertumbuhan pabrik yang relatif flat, kami belum akan buka pabrik baru,” ungkap Baskoro.