Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Kembali Senggol China, Investor Anggap Kekanak-kanakan

Tepat di saat investor berpikir pasar saham global terlihat lebih tenang sebelum akhir pekan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil langkah baru yang kembali mendorong spekulasi perang dagang. Para investor pun jenuh meresponsnya.
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Bisnis.com, JAKARTA – Tepat di saat investor berpikir pasar saham global terlihat lebih tenang sebelum akhir pekan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil langkah baru yang kembali mendorong spekulasi perang dagang. Para investor pun jenuh meresponsnya.

“Hal ini menjadi kekanak-kanakan,” respons Nader Naeimi, head of dynamic markets di AMP Capital Investors Ltd. “Pada beberapa titik investor akan merasa bosan, ada terlalu banyak volatilitas politik saat ini.”

Trump telah memerintahkan US Trade Representative (USTR/Departemen Perdagangan AS) untuk mempertimbangkan tarif impor tambahan atas sejumlah produk China senilai US$100 miliar, pada Kamis (5/4/2018) waktu setempat.

“Terkait aksi balasan China yang tidak adil, saya sudah menginstruksikan USTR untuk mempertimbangkan apakah pengenaan tarif impor tambahan senilai US$100 miliar mungkin dilakukan menurut Pasal 301 dan, jika iya, untuk mengidentifikasi produk-produk yang bisa dikenakan," papar Trump seperti dilansir dari Bloomberg.

Pasar saham, yang selama beberapa waktu terakhir terdampak volatilitas dari aksi balas retorika perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut, tak urung bereaksi.

Indikator indeks saham berjangka di AS meluncur menyusul langkah terbaru itu. Padahal, Wall Street berhasil membukukan kenaikan di hari ketiga berturut-turut pada Kamis (5/4), seiring meredanya kekhawatiran investor atas konflik perdagangan antara AS dan China.

Di sisi lain, reaksi pasar ekuitas kawasan Asia belum terlihat signifikan pagi ini (Jumat, 6/4/2018). Indeks Topix Jepang bergerak fluktuatif dan indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,3%.

Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong dilaporkan naik sebanyak 1,6% setelah aktivitas perdagangannya ditiadakan karena libur pada Kamis (5/4), sedangkan perdagangan pasar saham dan mata uang di China ditutup hingga Senin karena libur nasional.

Menurut Kerry Craig, global market strategist di JPMorgan Asset Management, kenyataannya adalah latar belakang fundamental untuk pasar belum berubah.

“Akan semakin penting bagi investor untuk mengetahui saham apa yang mereka miliki saat hubungan perdagangan yang bergejolak akan menyebabkan lebih banyak volatilitas pasar,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Rabu (4/4), China mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk 106 produk impor dari AS bernilai mencapai US$50 miliar, di antaranya berupa kedelai, mobil, bahan kimia, pesawat terbang, dan jagung.

Hal ini merupakan balasan atas keputusan Trump yang menandatangani tarif impor atas 1.300 produk dari China. Tarif impor sebesar 25% diajukan atas sejumlah produk teknologi industri, transportasi, dan medis, dengan nilai mencapai US$50 miliar.

“Tidak perlu terkejut apabila melihat pasar semakin tidak peka terhadap retorika semacam itu,” kata Jingyi Pan, market strategist di IG Asia Pte, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (6/4/2018).

Pernyataan Trump terkait tarif impor tambahan berlawanan dengan yang disampaikan oleh penasihat ekonomi utamanya, Larry Kudlow. Dalam sebuah wawancara kepada media,

Kudlow mengungkapkan berbagai kebijakan tarif impor yang telah diumumkan Presiden AS hanya merupakan taktik bernegosiasi dengan mitra dagang dan mungkin tidak akan pernah dijalankan.

“Saya tetap percaya bahwa perang dagang pada akhirnya tidak akan terjadi. Saya pikir itu lebih seperti menggertak saja. Tipikal Trump. Saya membaca salah satu bukunya dan dia berkata selalu bertindak tak terduga sebelum negosiasi sehingga bisa mendapatkan posisi penawaran lebih besar,” ujar Kenny Wen, strategist di Everbright Sun Hung Kai Co.

Aksi balas membalas tarif impor berawal dari keputusan Trump mengenakan tarif impor untuk produk baja dan aluminium termasuk yang berasal dari China, pada Maret 2018. Masing-masing dikenakan tarif sebesar 25% dan 10%.

China kemudian membalas dengan menjatuhkan tarif untuk impor daging babi, buah, kacang-kacangan, dan wine tertentu yang berasal dari Negeri Paman Sam.

Head of Trading untuk Asia Pasifik di Oanda Corp., Stephen Innes, mengatakan ada persepsi valuasi yang berlebihan pada pasar ekuitas.

“Pasar mata uang tidak peduli tentang perang dagang, yang diperhitungkan adalah sikap bank sentral. Mereka [pasar mata uang] hanya peduli ketika ada kejelasan waktu dan bukti,” tambah Innes.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper