Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan penurunan terbesar dalam lebih dari dua pekan pada perdagangan Rabu (28/2/2018), menyusul laporan persediaan minyak mentah dan bensin di AS yang menunjukkan ekspansi lebih besar dari perkiraan.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 berakhir anjlok US$1,37 atau 2,2% di US$61,64 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 9% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2018 berakhir melemah 85 sen di US$65,78 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada perdagangan kemarin. Harga minyak Brent pengiriman Mei, kontrak yang lebih aktif, berakhir turun US$1,79 di US$64,73.
Dilansir Bloomberg, pasokan minyak di dalam tangki dan terminal AS mengalami kenaikan lebih besar dari yang diperkirakan oleh sebagian besar analis dalam survei Bloomberg. Sementara itu, cadangan bensin membengkak empat kali tingkat yang diprediksi.
Survei Bloomberg menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 3,03 juta barel, sedangkan persediaan bensin membengkak sebesar 2,48 juta barel dibandingkan dengan prediksi rata-rata sebesar 600.000 barel.
Kontrak berjangka untuk bensin pun berakhir turun 2,5% di US$1,7577 per galon. Turut membantu mengangkat kenaikan stok minyak mentah adalah kenaikan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah domestik mencapai rekor terbarunya.
“Para pedagang fokus pada kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan baik pada bensin maupun minyak,” kata Rob Thummel dari Tortoise Capital Advisors LLC., seperti dikutip Bloomberg. “Persediaan bensin yang lebih besar akan memberi tekanan pada profitabilitas pembuatan bahan bakar.”
Pada saat yang sama, para penyuling Amerika mengalihkan kembali tingkat pemrosesan untuk pekan ketiga selama pengerjaan pemeliharaan musiman yang menggunakan unit-unit penting secara offline, sehingga mengurangi permintaan untuk minyak mentah.
Sementara itu, produksi minyak mentah oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik sebesar 130.000 barel per hari pada Februari, di tengah meningkatnya produksi dari Libya, Nigeria, dan Venezuela, menurut JBC Energy.
Di sisi lain, penjelajah minyak AS telah memompa lebih dari 10 juta barel per hari selama berminggu-minggu dan berada di jalur untuk melampaui Rusia sebagai penghasil minyak nomor satu di dunia.