Bisnis.com, JAKARTA-Calon emiten PT Sky Energy Indonesia Tbk., menargetkan pendapatan pada 2018 tumbuh 28,36% year on year menjadi Rp539 miliar dari estimasi penjualan tahun lalu sejumlah Rp419,9 miliar.
General Manager Finance & Accounting Sky Energy Indonesia Tbk., Christoper Liawan menyampaikan, perusahaan menargetkan pendapatan Rp539 miliar pada 2018, dan Rp627 miliar pada 2019. Nilai itu naik dari estimasi pendapatan full year 2017 senilai Rp419,9 miliar.
Per September 2017, perseroan membukukan pendapatan senilai Rp314,92 miliar. Penjualan bersih didominasi produk panel surya senilai Rp144,52 miliar, baterai sejumlah Rp103,82 miliar, dan solar system Rp44,16 miliar. Sisa pemasukan berasal dari penjualan inverter Rp13,61 miliar, LED Rp1,23 miliar, dan produk pendukung Rp7,58 miliar.
"Kami perkirakan memang pertumbuhan penjualan 2018 lebih tinggi seiring dengan utulisasi pabrik yang mencapai kapasitas penuh," paparnya, Selasa (20/2/2018).
Sementara itu, manajemen mengestimasi perolehan laba bersih pada tahun lalu senilai Rp24,85 miliar. Per kuartal III/2017 perolehan laba bersih mencapai Rp18,86 miliar.
Christoper menyampaikan, marjin laba bersih (NPM) 2017 memang hanya sebesar 6%. Namun, NPM meningkat signifikan dibandingkan 2016 senilai 4,1%. Dalam 3 tahun ke depan, diharapkan NPM bisa mencapai kisaran 8%.
Baca Juga
"Gross margin 2017 naik karena peningkatan TKDN yang mencapai 40% dari produk. Kita juga sudah bisa produksi solar cell sendiri. Ke depannya [NPM] akan meningkat," imbuhnya.
PABRIK
Pada 2016, kapasitas produksi per tahun solar panel perseroan mencapai 100 MW, sedangkan solar cell sebesar 50 MW. Utilisasi pabrik yang terletak di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat itu sudah mencapai 100%.
Oleh karena itu, sambung Christoper, perusahaan akan mengembangkan pabrik baru mulai Mei-Juni 2018 di Sentul, Bogor. Diharapkan pembangunan pabrik dengan kapasitas produksi 100 MW solar panel ini rampung akhir 2018.
"Jadi kita bisa mulai produksi dari pabrik baru tahun depan. Untuk tahap awal mungkin utilisasinya baru 40%-50%. Ini akan menambah pabrik sebelumnya yang sudah full capacity," ujarnya.
Untuk pengembangan pabrik baru, Sky Energy menganggarkan capex Rp220 miliar. Rinciannya, Rp100 miliar untuk pembelian lahan 5 hektare, Rp81 miliar untuk mesin, dan Rp37 miliar untuk pembangunan.
Menurutnya, 60% dana untuk pembangunan pabrik berasal dari pinjaman perbankan. Selebihnya, manajemen menggunakan kas internal dan dana dari perolehan IPO.