Bisnis.com, JAKARTA–Proyeksi peningkatan impor gandum Indonesia mendorong pelaku bisnis untuk menggenjot ekspor produk hilir. Ditargetkan pada tahun ini, tingkat ekspor bisa meningkat hingga mencapai US$1 miliar.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) menuturkan, seiring dengan meningkatnya konsumsi gandum dalam negeri, tingkat impor Indonesia juga mengalami kenaikan. Diakuinya, bahan baku pembuatan tepung terigu itu keseluruhannya didatangkan secara impor.
Berdasarkan data Central Bureau of Statistic Indonesia/BPS, impor gandum Indonesia pada 2017 mencapai 11,48 juta ton, naik 9% dari tahun sebelumnya sebesar 10,53 juta ton.
Australia menjadi negara pengekspor gandum terbesar ke Indonesia hingga 4,23 juta ton, disusul Ukraina, Kanada, dan Rusia masing—masing 1,99 juta ton, 1,68 juta ton, dan 1,22 juta ton. Adapun Amerika Serikat mengekspor sebanyak 1,14 juta ton.
Di samping tingginya proyeksi impor gandum, Ratna menuturkan bahwa ekspor tepung terigu juga bakal bakal melonjak, yakni menembus level US$1 miliar, naik 8,03% dari 2017 sebesar US$919,7 juta.
“Kita mencoba terus meningkatkan nilai tambah dengan menggenjot ekspor hilirnya. Seperti mie instan, biskuit, pakan ternak, dan lain—lain,” ungkap Ratna kepada Bisnis awal pekan ini.
Baca Juga
Di samping target total ekspor US$1 miliar per tahun untuk beberapa tahun ke depan, dalam riset yang dipublikasi pada Selasa (20/2/2018), APTINDO menargetkan pada masa depan, Indonesia akan menjadi sentral industri tepung terigu di Asia Timur.