Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Gandum India Naik, Kontrak Berjangka Menguat

Impor gandum India diperkirakan akan meningkat pada musim 2017/2018 seiring dengan menurunnya produksi dalam negeri akibat cuaca yang kurang mendukung. Kenaikan impor tersebut berpotensi mendorong penguatan harga pada tahun ini.
Ilustrasi./JIBI-Reuters
Ilustrasi./JIBI-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Impor gandum India diperkirakan akan meningkat pada musim 2017/2018 seiring dengan menurunnya produksi dalam negeri akibat cuaca yang kurang mendukung. Kenaikan impor tersebut berpotensi mendorong penguatan harga pada tahun ini.

Terpantau, pada perdagangan Kamis (8/2/2018) pukul 13.50 WIB, harga gandum di Chicago Board of Trade (CBOT) melemah 0,25 poin atau 0,05% menjadi US$460,25 sen per bushel, melemah dari penguatan dua sesi perdagangan sebelumnya. Namun secara year to date (ytd), harga tumbuh 7,79%.

Berdasarkan survei Bloomberg yang dilakukan terhadap 8 pedagang dan analis, impor India bisa mencapai 3,5 juta ton pada musim 2017/2018.

Angka itu lebih tinggi dari perkiraan Departemen Pertanian AS (USDA) yang memproyeksi kenaikan hanya mencapai 2,5 juta ton pada waktu yang sama.

India bukan merupakan pembeli biasa dalam jumlah besar karena kondisi output—nya secara luas berhubungan erat dengan permintaan. Kenaikan impor tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya tingkat produksi dari negara produsen gandum terbesar ketiga di dunia.

Menurut USDA, output India terlihat jatuh ke level terendah 3 tahun menjadi 92 juta ton pada 2017/2018 dari 98,4 juta yang dicapai pada musim 2016/2017. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang menyebabkan berkurangnya panen komoditas pertanian tersebut.

Menteri Pertanian India mengatakan, panen gandum India dipekirakan mencapai 30,1 juta hektar per tahun, lebih rendah dari 31,8 juta hektar per tahun pada musim sebelumnya.

“Sampai sekarang cuaca di daerah tumbuhnya gandum utama belum kondusif,” kata K.K Singh, Kepala Divisi Agromet Departmen Meteorologi India.

“Jika cuaca berubah normal setelah 15 Februari, maka tidak akan ada dampak buruk pada hasil panennya,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper