Bisnis.com, JAKARTA — Ketatnya persaingan dengan transportasi online dan belum pulihnya pasar properti perlu diwaspadai lantaran berisiko menimbulkan imbas negatif terhadap peringkat perusahaan yang kegiatan usahanya terkait dengan dua sektor tersebut.
Direktur Pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)Vonny Widjadja mengatakan bahwa ada dua sektor yang peringkat perusahaan beserta surat utangnya menjadi perhatian Pefindo saat ini. Kedua sektor itu adalah sektor transportasi dan properti.
Adapun, sentimen negatif yang menghampiri sektor transportasi adalah ketatnya persaingan dengan transportasi online. Sementara itu, di sektor properti lebih karena pasar yang belum akan membaik tahun ini.
“Secara umum, yang masih menjadi concern kami adalah sektor properti dan transportasi. Namun, hal tersebut juga tergantung dari keadaan masing-masing perusahaan. Risiko lebih besar bila leverage-nya tinggi atau bila ada liquidity issue di perusahaan tersebut,” kata Vonny kepada Bisnis, Senin (12/2).
Menurut Vonny, emiten yang perlu diwaspadai mengalami penurunan peringkat adalah perusahaan yang saat ini disematkan outlook negative oleh Pefindo. Data Pefindo menunjukkan sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor properti dan transportasi memiliki outlook negative. Mereka adalah PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), PT Duta Anggada Realty Tbk. (DART), PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID), PT Modernland Realty Tbk. (MDLN), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI).
“Tapi ini seperti yang saya jelaskan, issue tidak untuk industri secara umum, tapi lebih terkait dengan kondisi perusahaan juga.”
Vonny menambahkan, selain kedua sektor itu, sektor konstruksi jg menjadi perhatian karena tingkat utang perusahaan yang tinggi. Selain itu, meski sektor komoditas dan plantation ada perbaikan tahun ini, lanjut Vonny, tetap perlu dicermati lagi stabilitasnya. “Itu bukan berarti peringkat pasti naik. Tetapi diharapkan tidak memburuk dari sebelumnya. Secara umum, lebih baik,” tambahnya.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan masih diwaspadainya peringkat perusahaan dan surat utang sektor properti disebabkan pasar yang belum akan membaik. Menurutnya, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,3% belum cukup untuk menopang pemulihan kinerja sektor tersebut.