Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Meningkat, Harga Aluminium Terkoreksi

Penambahan kapasitas aluminium China dan pemulihan kembali (restart) telah mendorong pasokan aluminium di China mencapai rekor tertinggi. Hal itu cenderung memicu harga sedikit tertekan.
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA – Penambahan kapasitas aluminium China dan pemulihan kembali (restart) telah mendorong pasokan aluminium di China mencapai rekor tertinggi. Hal itu cenderung memicu harga sedikit tertekan.

Pada penutupan perdagangan Kamis (25/1/2018), harga aluminium ditutup turun 9 poin atau 0,40% menjadi US$2.241 per ton. secara year to date (ytd), harga terkoreksi 0,79%. Harga komoditas logam ini sempat menyentuh level tertinggi sejak Maret 2012 sebesar US$2.290,50 per ton pada Desember lalu.

Kenaikan harga lebih jauh telah gagal seiring dengan data stok yang menunjukkan kelebihan pasokan di China, negara produsen dan konsumen aluminium terbesar di dunia.

Persediaan aluminium di gudang yang dipantau oleh Shanghai Futures Exchange (SHFE) berada pada rekor tertinggi sebesar 783.759 ton, jauh lebih tinggi dibandingkan sekitar 100.000 ton setahun yang lalu.

“Tahun lalu China melihat surplus satu juta ton dan defisit di luar China 1,6 juta ton, sehingga pasar global mengalami defisit. Kami mengharapkan pasar yang seimbang tahun ini,” kata analis Wood Mackenzie Ami Shivkar, seperti dilansir Reuters.

Berdasarkan data Biro Statistik China, pada periode Desember Negeri Panda menghasilkan 2,71 juta ton aluminium, naik 15,3% dari bulan sebelumnya sebesar 2,35 juta ton.

Shivkar memproyeksikan adanya kapasitas baru di China dan pemulihan kembali (restart) menjadi katalisator terkoreksinya harga aluminium. Negeri Panda menyumbang lebih dari separuh produksi aluminium global, sehingga memiliki pengaruh yang signifikan bagi pasar.

Konsultan AZ China memperkirakan China akan menambah sekitar 4,4 juta ton kapasitas baru pada tahun ini. Diperkirakan total produksi China akan mencapai 38,7 juta ton di 2018. Perkiraan ini lebih tinggi 17,64% dari data World Bank yang menujukkan produksi China pada 2017 sebesar 31,87 juta ton.

Di samping itu, penurunan produksi selama berbulan—bulan pada musim dingin yang dimulai pada November juga diperkirakan akan dibatalkan pada pertengahan Maret, sehingga menciptakan surplus lantaran stok yang lebih tinggi di gudang bursa.

“Pemotongan keluaran untuk musim dingin diperkirakan 1,5 juta ton, namun hanya sekitar 600.000—700.000 ton yang dikirim,” kata Paul Adkins, managing director AZ China.
Sementara itu, Adkins memperkirakan pemulihan aktivitas industri tahun ini akan mendorong permintaan menjadi 38,4 juta ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper