Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia meningkat pada awal perdagangan pekan ini seiring dengan menurunnya aktivitas pengeboran minyak AS dan didorong oleh konflik geopolitik yang terjadi antara militer Turki dan militan Kurdi di Afrin, Suriah.
Terpantau, pada perdagangan Senin (22/1/2018) pukul 09.27 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak teraktif Februari 2018 menguat 0,18 poin, atau 0,28%, menjadi US$63,55 per barel di New York Merchantile Exchange. Adapun harga minyak Brent kontrak teraktif Maret 2018 naik 0,22 poin, atau 0,29%, menuju US$68,81 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.
Pada Minggu (21/1), pasukan pembebasan Suriah (Free Syrian Army/FSA) yang didukung oleh tentara Turki melancarkan serangan besar terhadap milisi Kurdi yang disokong AS di wilayah Afrin, Suriah. Kondisi yang terjadi di salah satu wilayah pemasok minyak mentah dunia itu akan mengancam pasokan minyak.
“Konflik antara Kurdi dan Turki biasanya menyiratkan bahwa harga minyak akan bergerak lebih tinggi karena konflik itu terjadi di wilayah strategis jalur pasokan minyak,” kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka Oanda di Singapura, seperti dilansir dari Reuters, Senin (22/1).
Kenaikan harga terjadi menyusul laporan Baker Hughes yang menunjukkan berkurangnya jumlah rig pengeboran AS sebanyak lima rig menjadi 747 rig. Kendati demikian, jumlahnya masih lebih tinggi dibanding jumlah rig pada 2016 yang sebanyak 551 rig.